SEMARTARA, Banten – Letusan Gunung Anak Krakatau sejak dua hari lalu sebanyak 155 kali dentuman disertai abu vulkanik dan pasir. Gunung yang terletak di selat sunda tersebut bergemuruh selama 24 jam, dengan durasi 20-100 detik dan amplitudo 25-53 mm.
Hal tersebut disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho melalui rilis resmi yang beredar pada Kamis (12/7). “Selama 24 jam dari pukul 00.00 – 24.00 WIB, Rabu (11/7), Gunung Anak Krakatau ini meletus 56 kali kejadian dengan amplitudo 25-53 mm, serta durasi letusan 20-100 detik. Sementara Hembusan 141 kejadian dengan durasi 20-172 detik,” paparnya.
Letusan kemarin, lanjut dia, Gunung Anak Krakatau tersebut meletus sebanyak 99 kali kejadian dengan amplitudo 18-54 mm dan durasi letusan 20-102 detik. Sedangkan hembusan tercatat 197 kali dengan durasi 16-93 detik.
“Letusan disertai suara dentuman sebanyak 10 kali yang menyebabkan kaca pos pengamatan gunung bergetar,” ujarnya.
“Banyaknya letusan ini sesungguhnya sudah berlangsung sejak tanggal 18 Juni 2018. Anak Gunung Krakatau mengalami peningkatan aktivitas vulkanik. Ada pergerakan magma ke luar permukaan sehingga terjadi letusan dan ditetapkan waspada (level 2),” imbuhnya.
Menurut dia, status waspada sudah ditetapkan sejak jauh-jauh hari. Dengan status waspada mengartikan bahwa aktivitas vulkanik di atas normal sehingga letusan dapat terjadi kapan saja. Namun, hal tersebut tidak membahayakan selama masyarakat tidak melakukan aktivitasnya di dalam radius 1 km.
“Letusan Gunung Anak Krakatau ini juga tidak membahayakan pesawat terbang. Jalur pelayaran di Selat Sunda juga tetap aman. Letusan juga tidak berbahaya selama berada di luar radius 1 km dari puncak kawah,” terangnya.
Fenomena letusan Gunung Anak Krakatau, menurut Sutopo hal yang biasa. Gunung ini masih aktif untuk tumbuh besar dan tinggi dengan melakukan erupsi. Gunung Anak Krakatau baru muncul dari permukaan laut tahun 1927.
“Rata-rata tambah tinggi 4-6 meter per tahun. Energi erupsi yang dikeluarkan juga tidak besar. Sangat kecil sekali peluang terjadi letusan besar seperti letusan Gunung Krakatau pada 1883. Bahkan beberapa ahli mengatakan tidak mungkin untuk saat ini,” jelasnya.
Ia mengimbau agar masyarakat tidak perlu khawatir dan tetap tenang. Pasalnya BPBD Provinsi Banten, BPBD Provinsi Lampung, PVMBG dan BKSDA telah melakukan langkah antisipasi. Hal yang terpenting, tambahnya, masyarakat mematuhi rekomendasi untuk tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 km dari puncak kawah. (B1yu)