TEKUN, fokus, mau belajar, konsisten, dan tanggung jawab terhadap semua pekerjaan yang dijalani adalah salah satu kunci utama untuk mencapai kesuksesan. Begitu pula dengan apa yang dilakukan oleh Hudaya Latuconsina, salah seorang praktisi pendidikan Kota Tangerang yang kariernya terus meroket, dan saat ini menjabat sebagai Kepala Badang Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Banten.
Sebelum menduduki beberapa jabatan strategis di birokrasi Pemerintah Provinsi Banten, Hudaya memulai kariernya di Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai guru di SMA Negeri 2 Kota Tangerang, lalu dipercaya menjadi kepala sekolah di SMA Negeri 7 Kota Tangerang. Setelah Banten pisah dari Provinsi Jawa Barat dan berdiri menjadi provinsi sendiri, ia diminta untuk bertugas di Dinas Pendidikan Provinsi Banten.
Diboyongnya ia sebagai salah satu kepala bidang di dinas pendidikan itu lah yang mengawali kariernya di birokrasi Provinsi Banten terus menanjak. Hingga akhirnya atas kegigihan dan kecerdasannya dalam berfikir, serta berbagai konsep untuk kemajuan pendidikan di provonsi Banten, mengantarkan kariernya duduk dalam jabatan sebagai Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten.
Namun sebelum menduduki jabatan nomor satu di Dinas Pendidikan Provinsi Banten, pada tahun 2006 Hudaya sempat menduduki jabatan eselon III di Badan Diklat Provinsi Banten. Di perangkat daerah yang saat itu masih baru tersebut, Hudaya dipercaya untuk membuat sebuah analisa tentang struktur untuk penataan sistem di badan Diklat Provinsi Banten.
Saat berbincang-bincang dengan semartara.com di Novotel Tangerang, Kawasan Tangcity Kota Tangerang beberapa waktu lalu, pria yang pernah dipercaya sebagai pejebat sementara Bupati Serang ini, mengaku, meskipun ini adalah hal baru buat dirinya, namun apa yang ditugaskan untuk oleh Kepala Badan Diklat saat itu bukanlah sesuatu yang sulit.
“Karena saya selalu fokus, buat saya ini bukan sesuatu yang sulit. Hingga akhirnya, jadilah pada 2008 ditetapkan sebagai Diklat Provinsi Banten,” ujar Hudaya.
Bicara soal pengalaman di birokrasi sendiri, hal yang paling manarik menurut Hudaya adalah ketika ia ditugaskan sebagai Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Indag) Provinsi Banten. Karena dalam menduduki jabatan ini, ia harus benar-benar fokus; terlebih jika melihat wilayah Provinsi Banten merupakan daerah industri. Berbagai trobosan pun ia lakukan. Sampai-sampai untuk memetakan kondisi roda perindustrian di wilayah Provinsi Banten ini, ia terjun sendiri. Terutama di daerah-daerah industri seperti Tangerang dan sekitarnya. Karena sektor industri dan perdagangan juga menjadi salah satu ujung tombak perekonomian di daerah tersebut.
Di Dinas Indag ini sendiri, kata Hudaya, ia merasa tertantang; karena dunia ini sangat berbanding jauh dengan apa yang menjadi latar belakangnya, yang berangkat dari dunia pendidikan. Namun berkat sikap tanggung jawab, fokus, kegigih, dan banyak belajar, semua bisa ia lalui dengan baik.
Salah satu kunci keberhasilannya di Dinas Indag ini, selain fokus terhadap tanggung jawab yang harus ia kerjakan, ia selalu mengajak diskusi seluruh jajarannya. Hal ini selalu ia lakukan hampir setiap hari. Menurutnya, melalui ajang diskuisi ini bisa membuka wawasan seluas-luasanya demi untuk kemajuan dunia perindistrian dan perdagangan di wilayah Provinsi Banten.
Hudaya juga tidak malu bertanya dengan hal-hal yang masih membuatnya ragu atau pun yang ia belum tahu. Karena dengan bertanya ini, selain menambah wawasan, semua permasalahan akan mudah diatasi. Yang kemudian, ini menjadi bekal untuk menentukan langkah berikutnya untuk menuju sebuah kesuksesan.
Pengalaman lain di birokrasi Pemerintah Provinsi Banten, adalah ketika ia dipercaaya sebagai Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Provinsi Banten. Melihat wilayah Banten sebagai daerah industri, dimana sektor pasar kerja menjadi kebutuhan yang sangat krusial, berbagai konsep pun ia sumbangkan untuk kemajuan daerah tersebut. Salah satunya adalah dengan mendirikan Badan Latihan Kerja (BLK).
Balai latihan kerja ini digunakan untuk membentuk SDM agar mumpuni dalam persaingan pasar kerja. Salah satu produk Hudaya di Disnaker Provinsi Banten yang saat ini menjadi salah satu tolak ukur dalam mencetak SDM di pasar kerja adalah miniatur industri. Selain itu, gagasan membuat sebuah industri kapal, mengingat potensi Banten yang meliputi daerah maritim, namun sayang program tersebut mangkrak setelah ia dialihtugaskan sebagai Kepala Dinas Pendidikan. Termasuk bagaimana caranya bisa menciptakan berbagai peralatan-peralatan yang menunjang dunia pendidikan, bahkan untuk membuat teropong malam saat itu, semua sudah terkonsep dengan baik, dan tinggal pelaksanaannya saja.
Namun karena penataan birokrasi Pemerintah Provinsi Banten membutuhkan sumbangsih pikirannya ke sektor lain, Hudaya harus tetap memutar otaknya, bagaimana agar pembangunan di Provinsi Banten menjadi lebih maju di berbagai sektor.
Keinginannya untuk mewujudkan apa yang menjadi konsep dalam hidupnya dalam membangun pemerintahan ini, ingin implementasikan di wilayah Kota Tangerang tempat awal ia menitir karir sebagai pegawai negeri. Karena, menurutnya, Kota Tangerang tidak sekadar miniatur Banten, tapi juga miniatur Indonesia. Berbagai potensi yang dimiliki oleh Kota Tangerang, jika dikelola dengan baik, menurut Hudaya, tidak sekadar memberikan dampak positif kepada masyarakat Kota Tangerang saja, tapi daerah-daerah di sekitarnya, bahkan secara Nasional. Terlebih Kota Tangerang memiliki bandara internasional.
Dan, opsesi sosok yang saat ini menjabat sebagai Kepala Bappeda Provinsi Banten, menjelang ia pensiun, ingin menyumbangkan pemikirannya, fokus untuk Kota Tangerang. Karena selain sebagai daerah yang mengawalinya berkarir, Kota Tangerang adalah rumah bagi dirinya.
Menyinggung soal demokrasi sendiri, Hudaya mengaku, saat masih menjadi kepala sekolah di Kota Tangerang, ia pernah menjadi Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) di Kota Tangerang. Pengalam dua periode itulah yang menjadi salah satu bekalnya dalam menata organisasi. (Adv)
Baca juga: