Konsultan: Properti TOD akan lebih menarik dibanding properti non-TOD

Gandeng Telkom, ADCP Kembangkan Ekosistem Digital di Proyek TOD
Gandeng Telkom, ADCP Kembangkan Ekosistem Digital di Proyek TOD
Konsultan: Properti TOD akan lebih menarik dibanding properti non-TOD
Konsultan: Properti TOD akan lebih menarik dibanding properti non-TOD

Jakarta – Konsultan properti Colliers Indonesia menilai properti Transit Oriented Development (TOD) akan lebih menarik dibandingkan properti non-TOD.

“Produk-produk properti TOD pada masa pandemi kita tidak melihat perbedaan yang signifikan dengan produk-produk yang non-TOD. Namun kalau sekarang kelihatannya TOD ini akan jadi lebih menarik dibandingkan properti yang non-TOD,” kata Senior Associate Director Research Colliers Indonesia Ferry Salanto dalam seminar daring di Jakarta, Jumat.

Menurut Ferry, hal ini dikarenakan pertimbangan konsumen saat ini adalah bagaimana bisa mencapai akses ke satu tempat dengan memperhitungkan waktu tempuh dibandingkan jarak tempuh.

Kalau ada konsep TOD yang jauh dari pusat kegiatan komersial atau pusat kegiatan yang dituju, namun dengan adanya properti TOD maka waktu tempuh lebih terukur sehingga ini akan menjadi opsi yang lebih menarik.

“Memang ada kecenderungan ke arah sana bahwa hunian TOD ini kedepannya akan lebih menarik dibandingkan hunian non-TOD,” ujar Ferry.

Sebelumnya PT Adhi Commuter Properti atau ADCP menilai LRT Jabodebek Tahap 1 yang akan dioperasikan pada tahun ini dapat mendorong pemasaran produk properti Transit Oriented Development (TOD) seperti LRT City .

Direktur Utama ADCP Rizkan Firman mengatakan bahwa potensi TOD masih sangat menarik untuk ke depan, terutama bagi end user maupun investor. Potensi dari trafik LRT Jabodebek diyakini akan dapat menghidupkan area-area TOD ke depannya.

Sementara itu Co-Founder Finansia Consulting Eko Endarto menilai hunian yang terintegrasi dengan simpul-simpul transportasi massal atau dikenal sebagai konsep Transit Oriented Development (TOD) dapat menjadi opsi bagi kaum milenial yang ingin memiliki tempat tinggal yang dekat dengan pusat bekerja, harganya terjangkau, serta mendukung mobilitas dan gaya hidup kesehariannya.

Menurut Eko, saat ini kaum milenial sulit untuk mendapatkan hunian karena tidak seimbangnya kenaikan harga hunian dengan penghasilan, khususnya di kota-kota besar, seperti Jakarta dan wilayah sekitarnya.  (ANTARA)

Tinggalkan Balasan