Ketua IPW Minta Gubernur dan Masyarakat Yogya Tolak Liga 1 Indonesia Bergulir

Jakarta, Semartara.News – Gubernur Bendara Raden Mas Herjuno Darpito atau Sri Sultan Hamengkubuwana (HB) X dan masyarakat Yogyakarta diminta untuk melarang pelaksanaan pertandingan sepakbola Lanjutan Liga 1 Indonesia 2020. Permintaan tersebut dilontarkan oleh Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane.

“Pasalnya kedatangan pemain dari berbagai klub dan suporternya dari berbagai daerah itu sangat berpotensi menjadikan Yogyakarta sebagai klaster baru Covid 19,” kata Neta, Jumat (25/9/2020).

Neta berkeyakinan Wakapolri, Komjen Gatot sebagai Wakil Ketua Pengendalian Covid-19 mengetahui persis situasi pandemi covid-19 saat ini.

“Tak heran, apabila Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengimbau agar warga Jakarta jangan datang dulu ke Bandung. Artinya, pergerakan masyarakat ke antar kota semaksimal mungkin dicegah guna mencegah penyebaran pandemi Covid-19,” ujarnya.

Larangan serupa katanya juga harus diterapkan di Yogyakarta. “Selain Polri jangan mengijinkan even Liga 1, Sultan HB X sebagai Gubernur Yogya maupun masyarakatnya harus menolak pelaksanaan Liga I,” kata Neta.

Dengan adanya rencana digelarnya kompetisi Liga I di Yogyakarta, banyak klub bermukim sementara di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Kedatangan mereka merujuk jadwal kompetisi Liga 1 Indonesia 2020 yang rencananya dimulai pada 1 Oktober 2020.

“Untuk itu, IPW mengimbau Sultan HB X dan warga Yogyakarta menolak event itu dan menolak klub-klub Liga 1 menjadikan Yogya sebagai homebase. Alasan paling utama, adalah meningkatnya pandemi covid-19 di Yogya dalam sebulan ini,” katanya.

Sebab, berdasarkan data kasus virus corona Yogyakarta dalam sepekan terakhir, jumlah pasien positif meningkat sangat signifikan. Antara lain, kasus covid-19 yang tercatat ada sebanyak 461 orang pada 14 September 2020 dipaparkan Neta melonjak menjadi sebanyak 2.312 orang pada 23 September 2020. 

“Sultan HB X harus berani mencontoh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, yang membuat statement, bahwa warga Jakarta jangan datang dulu ke Jawa Barat,” jelas Neta.

“Untuk itu Sultan HB X perlu menegaskan kepada Polri dan PSSI bahwa angka penyebaran virus Covid 19 di Yogya pada bulan September 2020 wajib dijadikan kewaspadaan,” tegasnya.

Walaupun bukan merupakan zona merah penyebaran covid-19, tetapi menurutnya Yogyakarta secara epidemiologis merupakan wilayah padat dan tidak tepisahkan.

“Apalagi, saat ini banyak sekali lokasi kerumunan warga di Yogya, seperti di kawasan Malioboro masih banyak orang tanpa menggunakan masker,” katanya.

Enam Klub Akan Bermarkas di Yogya

Jelang pembukaan Liga 1 Indonesia 2020, terdapat enam klub sepak bola yang telah tiba di Yogyakarta. Klub sepak bola yang berasal dari luar pulau Jawa itu akan bermukim sementara di Yogyakarta dan sekitarnya.

Enam klub itu adalah Persiraja Banda Aceh, Barito Putra, Borneo FC, Bali United, PSM Makassar, Persipura Jayapura, PS Tira Persikabo dan Bhayangkara FC.

“Persija Jakarta misalnya, sudah ancang-ancang untuk bermarkas di Bantul. Kedatangan para pemain dan ofisial tentunya berpotensi tinggi membawa virus Covid-19 tanpa gejala,” kata Neta.

“Yaitu Persib Bandung, Persita Tangerang, PSIS Semarang, Persela Lamongan, Arema FC, Persebaya Surabaya dan Madura United. Pertanyaannya, siapa yang menjamin klub-klub yang akan bertanding di Yogja, tidak membawa Covid-19?,” tanya Neta.

Mereka nantinya akan berlaga di tiga stadion, yaitu Sultan Agung Bantul, Mandala Krida Jogja, dan Maguwoharjo Sleman. Sedangkan, lawan-lawan klub dari luar Jawa, dipastikan akan bertanding di tiga stadion di Jogja.

“Siapa yang menjamin para suporter mereka tidak akan datang ke Yogya?,” tambahnya.

Sehingga lanjutnya, apabila Yogyakarta menjadi klaster baru covid-19, dirinya mempertanyakan pihak yang harus bertanggungjawab.

“Apakah PSSI dan LIB mampu menjalankan semua syarat-syarat protokol kesehatan Covid-19?. Daripada, Yogya menciptakan klaster-klaster baru dari para pemain dan ofisial klub anggota Liga 1 Indonesia 2020, lebih bagus, sejak awal, warga Yogya dan Gubernur Yogyakarta memberi ultimatum, menolak kedatangan semua klub, dan menolak adanya pertandingan sepakbola di wilayahnya,” kata Neta. (Agung).

Tinggalkan Balasan