Ketua AIMI Nia Umar Berbagi Tips Menyusui Bayi Saat Pandemi

Tips Menyusui Anak di Masa Pandemi
Ilustrasi soerang Ibu sedang menyusui bayi (foto - womentalk.com)

Jakarta, Semartara.News – Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Pusat, Nia Umar, S.Sos, MKM, IBCLC berbagi tips menyusui pada bayi yang sebelumnya terpisah disebabkan sang ibu terpapar pandemi Covid-19.

Menurut Ketua AIMI Nia Umar ini, saat sang ibu kembali kerumah, ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar sang bayi mau kembali menyusui dengan lancar. Ada istilah yang dinamakan “bingung puting” atau kondisi yang umum terjadi pada bayi di awal-awal kehidupannya.

Bayi bisa dibilang Bingung Puting, saat dia merasa kesulitan mengisap Air Susu Ibu (ASI) langsung dari payudara sang ibu karena sebelumnya terbiasa diberi (ASI) dengan botol susu.

Hal ini juga berlaku pada bayi yang terpisah dengan ibunya lantaran positif Covid-19.

Ada beberapa cara agar bayi tidak mengalami Bingung Puting, misalnya dengan tidak memberikan ASI menggunakan botol susu atau dot. Ibu bisa meminta kepada penjaga bayi untuk memberikan ASI menggunakan sendok, pipet, cup feeder atau spuit.

“Bayi akan lupa kalau dikasih dot. Dia pasti akan lebih memilih dot akhirnya dan enggak mau menyusu lagi karena kalau pakai dot itu lebih cepet kan, deres,” ujar Ketua AIMI Nia Umar dalam Instagram Live GKIA, Minggu (27/6).

Lebih lanjut, dia menyarankan, bagi yang sudah terlanjur memberikan ASI menggunakan botol, ibu bisa melakukan relaktasi atau upaya untuk mulai menyusui bayi kembali setelah sempat berhenti.

Untuk memulai kembali relaktasi, hal pertama yang bisa dilakukan setelah ibu menyelesaikan masa isolasi adalah banyak menggendong bayi, melakukan skin to skin, memeluk bayi dan melakukan aktivitas bersama agar bayi kenal kembali dengan payudara ibunya.

“Kayak habis putus terus PDKT lagi gitu lah. Kalau usia bayi di atas 3 bulan harus dibantu oleh konselor, kalau bayi di bawah 3 bulan bisa dilakukan sendiri selama ibunya mendapat dukungan dari keluarga,” kata Nia.

“Serumah harus semisi, suami harus ikut relaktasi. Itu layak diperjuangkan karena memberi manfaat masa kini dan jangka panjang. Banyak gendong, menyusui di tempat yang tidak terlalu terang dan tidak terlalu berisik,” ungkapnya.

Tinggalkan Balasan