Kapolresta Tangerang AKBP Sabilul Alif saat berbincang dengan para tetangga dekat korban pembunuhan di Kompleks Graha Seina, Panongan, Kabupaten Tangerang.
SEMARTARA, Tangerang (14/10) – Peristiwa pembunuhan tragis terhadap ibu dan anak-anaknya oleh Lukman Nurdin Hidayat (40) di Blok M 10/21 Komplek Graha Seina Citra Raya, Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang, Jumat (13/10) kemarin, masih menjadi buah bibir para tetangga korban dan pelaku. Pasalahnya, keluarga tersebut dikenal tidak pernah ribut, atau bercekcok. Bahkan, beberapa bulan yang lalu, keluarga itu baru saja merayakan hari ulang tahun perkawainannya.
Hana, tetangga sebelah rumah korban pun mengaku kaget ketika malam itu polisi mendatangi rumah TKP, dan mengatakan bahwa telah terjadi pembunuhan. Rasa tidak percaya pun sempat dirasakan, ketika mendengar bahwa pelakunya adalah suami sekaligus ayah dari anak-anaknya yang ikut menjadi korban kesadisannya.
“Kita tidak menyangka, soalnya pas kejadian kita tidak mendengar ada cekcok atau ribut, biasa saja. Tau-tau kok ada polisi datang, dan bilang katanya ada pembunuhan,” ujar Hana kepada semartara.com, Sabtu (14/10).
Ia juga mengungkapkan, keseharian pelaku bekerja sebagai buruh di pabrik cat, di salah satu kawasan industri wilayah Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang. Sedang korban ibu rumah tangga, yang juga aktif sebagai bendahara RT, dan kader Posyandu.
“Setiap hari (korban-red), ya momong, nyuapin anaknya, tapi aktif di Posyandu. Kalau suaminya (pelaku-red) itu kerjanya di pabrik cat,” katanya.
Sumartini, salah seorang tetangga yang kesehariannya dekat dengan korban mengaku, beberapa saat sebelum peristiwa berdarah itu terjadi, ia sempat ngobrol dan diajak curhat di samping mushola, di depan rumah korban. Namun karena kondisi hari sudah mendekati magrib, kata Sumartini, ia meminta segera pulang.
Korban sendiri, menurut Sumrtini, dikenal sebagai orang yang aktif. Ia juga menyangkal, jika motif pembunuhan tersebut terkait utang-piutang. Karena, selain korban tidak pernah cerita tentang utang-piutang, secara ekonomi, keluarga tersebut tidak tergolong kekurangan. Bahkan, anaknya pun, Sifa, yang ikut jadi korban pembunuhan sekolahnya di sekolah yang cukup favorit, yaitu SD Citra Berkat. Dan, anaknya yang paling bungsu, yang juga tewas bersama ibunya itu, kata korban kepada dirinya, akanj di sekolahkan di sekolah tersebut.
“Makanya, kalau masalahnya karena utang, saya tidak percaya. Tapi kalau mengeluh cuma punya uang Rp150 ribu, dan gajian suaminya masih lama, sebelum kejadian sempat cerita. Tapi karena keburu magrib, cepat-cepat saya suruh ulang,” ungkapnya.
Terkait posisi korban yang juga sebagai bendahara di ke-RT-an, lanjut Sumartini, selama ini tidak pernah ada masalah soal keuangan. Bahkan, kalau ada warga yang belum bayar atau nunggak iuran, sering ditalangi oleh korban.
Sementara, dari hasil penyidikan dan penyelidikan pihak kepolisian, pasangan tersebut jarang bertengkar atau cekcok. Untuk itu, dalam memastikan kondisi psikologis pelaku, pihak kepolisian Polresta Tangerang sudah menyiapkan psikiater untuk memeriksa kejiwaannya.
“Kita akan pastikan dulu bagaimana kondisi kejiwaannya, kita sudah sediakan psikiater. Tapi pada saat pelaku melapor dan menyerahkan diri ke kantor polisi, mengaku menyesali perbuatannya,” tandasnya. (Wid)
Baca juga: