Jakarta, Semartara.News – Masjid Istiqlal hari ini resmi berdiri selama 44 tahun sejak peresmian pada 22 Februari 1978. Sejarah pembangunan Masjid yang berada di Jakarta Pusat ini menjadi salah satu sejarah pembangunan besar di Indonesia.
Berlokasi berseberangan dengan Gereja Katedral, Masjid Istiqlal pun menjadi simbol toleransi antaragama.
Pembangunan awal Masjid Istiqlal tercetus atas ide Presiden Soekarno di tahun 1950-an. Pemancangan tiang pertama dilakukan tahun 1961.
Butuh 17 tahun hingga akhirnya Masjid Istiqlal berdiri. Penyebab lamanya pembangunan masjid ini dikarenakan beragam gejolak politik dan ekonomi.
Mulai dari, minimnya dana yang dimiliki akibat krisis ekonomi pada 1960-an hingga meletusnya peristiwa G30S/PKI.
Dengan berbagai permasalahan, Masjid Istiqlal akhirnya selesai dibangun dan diresmikan Presiden Soeharto pada 22 Februari 1978.
Dalam buku Solichin Salam berjudul “Masjid Istiqlal Sebuah Monumen Kemerdekaan”, Soekarno sempat menceritakan awal mula ide pembangunan Masjid Isriqlal.
Hal tersebut ia sampaikan saat pemancangan tiang pertama Masjid Istiqlal tanggal 24 Agustus 1961.
Menurut Soekarno, ide awal pembangunan Masjid Istiqlal sebenarnya muncul tahun 1944 dalam pertemuan sejumlah ulama dan pimpinan organisasi dan tokoh-tokoh Islam di kediamanannya yang berada di Pegangsaan Timur.
Ulama dan tokoh-tokoh Islam tersebut menginginkan dibangun sebuah masjid agung di kota Jakarta yang sudah lama diinginkan umat Islam
Soekarno sendiri lebih sering menyebut pembangunan masjid ini dengan nama Masjid Jami’ yang sama artinya dengan masjid agung.
“Kawan-kawan yang berkumpul di situ menghendaki agar supaya pekerjaan (membangun masjid agung) ini lekas dimulai,” ucap Soekarno, seperti dikutip Kompas.com, Selasa (22/02/2022).
Kepada para ulama, Soekarno lantas menanyakan soal biaya yang sudah disiapkan untuk membangun Masjid Istiqlal. Para ulama dan tokoh-tokog tersebut mengatakan bisa menjamin pendanaan Rp 500.000 dari dari hasil patungan.
Soekarno merasa uang tersebut tidak cukup. Sebab ia ingin agar Masjid Istiqlal dibangun secara megah dan kokoh.
“Saya berkata hoooh, itu uang lima ratus ribu rupiah, setengah juta, bukan apa-apa, tidak cukup, jauh tidak cukup,” kata Soekarno.
Para ulama dan tokoh Islam saat itu sempat berusaha meyakinkan Soekarno bahwa dana yang sudah disiapkan cukup. Selain itu, para ulama dan tokoh Islam tesebut juga mengatakan banyak Umat Islam juga siap untuk menyumbang kayu, bahan bangunan, kapur dan genteng.
Mendengar kata “kayu” dan “genteng”, Soekarno semakin teguh untuk menunda pembangunan masjid agung.
Kepada para ulama dan tokoh Islam, presiden pertama Indonesia itu meminta untuk bersabar. Soekarno menjelaskan keinginannya agar Masjid Istiqlal dibangun dengan tujuan agar bisa bertahan dalam waktu lama sehingga apabila material kayu yang digunakan, maka niat tersebut akan sulit terlaksana.
“Marilah kita membuat masjid Jami’ yang bisa tahan seribu tahun, dan marilah kita, agar supaya kita mendirikan masjid Jami’ yang tahan seribu tahun itu, janganlah berpikir dalam istilah kayu dan istilah genteng, jangan kita membikin masjid yang… ya, seperti masjid manalah… masjid Cianjur atau masjid Cipanas atau masjid Sukabumi atau masjid kota-kota kecil. Ini masjid Jamil kota Jakarta. Jikalau kita membuatnya sekadar dengan genteng, sekadar dengan kayu, dalam tempo seratus-dua ratus tahun sudah lapuk, sudah rubuh,” paparnya.
Soekarno memberikan pertimbangan kepada para ulama dan tokoh Islam saat itu untuk membangun masjid Jami’ yang bisa kokoh, tahan dimakan zaman.
Untuk itu, kata Soekarno, masjid Jami’ yang kini bernama Masjid Istiqlal harus dibangun dari kerangka besi, dari beton, pintu dari perunggu, dan lantai dari batu pualam.
Sejak awal, Soekarno ingin Masjid Istiqlal menjadi masjid besar yang mendunia.
Saat pencanangan pertama, ia mengatakan Masjid Istiqlal akan menjadi masjid terbesar di Asia Tenggara dan mengalahkan masjid-masjid besar lainnya di negara-negara mayoritas muslim lainnya di Turki dan Mesir.
“Sudah nyata jikalau sudah jadi, masjid ini adalah masjid yang terbesar di seluruh Asia Tenggara, tetapi mungkin sekali dia adalah yang terbesar di seluruh dunia, lebih besar daripada masjid di Istanbul atau di Kairo saudara-saudara,” tegas Proklamator Kemerdekaan Indonesia tersebut.
Masjid Istiqlal yang dirancang oleh Friedrich Silaban tersebut ditopang 12 tiang, sesuai angka dari tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabiul Awal 1961.
Lalu, ada empat lantai balkon dan satu lantai dasar. Total lima lantai itu melambangkan 5 Rukun Islam, jumlah salat wajib dalam sehari, dan jumlah sila dalam Pancasila.
Kemudian, terdapat menara setinggi 6.666 sentimeter di bagian luar masjid. Angka itu merupakan keseluruhan jumlah ayat dalam Al Quran.
Sementara kubah Masjid Istiqlal berdiameter 45 meter yang melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia. Ada ayat kursi yang melingkari kubah itu. Nama Masjid Istiqlal diambil dari Bahasa Arab yang berarti merdeka. Masjid ini mampu menampung 200.000 jemaah. (KOMPAS.com)