Instansi Diminta Fokus Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok

SEMARTARA – Terkait kebijakan pangan di musim penghujan, Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko meminta seluruh instansi agar fokus menjaga stabilitas harga bahan pokok. Hal tersebut disampaikan Moeldoko saat kegiatan rapat koordinasi pangan di Kantor Staf Presiden, Gedung Bina Graha, Jakarta.

“Saya ucapkan terima kasih kepada Bulog yang sudah berhasil menjaga harga beras. Saya minta ini dijaga, kalau bisa, diturunkan lagi,” kata Moeldoko, didampingi Deputi III Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu Ekonomi Strategis, Denni Puspa Purbasari.

Rapat koordinasi ini dihadiri oleh para pejabat dari sejumlah instansi terkait, yaitu Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Badan Pusat Statistik (BPS), Sekretariat Kabinet, dan Bulog.

Selama musim penghujan yang diprediksi hingga Maret nanti, lanjut Moeldoko, beberapa bahan pokok beresiko mengalami lonjakan harga. “Terutama beras, telur, daging ayam, bawang merah, dan cabai. Penyebabnya adalah produksi yang lebih rendah karena faktor musim. termasuk ayam yang lebih rentan terkena penyakit di musim hujan,” jelasnya.

Saat ini jumlah penduduk miskin Indonesia memang sudah di bawah 10 persen. Namun, menurut Moeldoko, di atas itu masih banyak masyarakat ‘near poor’ yang sensitif terhadap perubahan harga bahan pokok.

“Jadi bisa berisiko miskin lagi. Itu kenapa saya rewel banget soal harga ini. Jadi, kita fokus kerja di situ. Jangan ke mana-mana,” tegasnya.

Dalam rapat koordinasi ini, beras menjadi perhatian utama. Moeldoko mengapresiasi harga beras yang sudah mulai turun. Namun, dari 82 kota yang menjadi sampel BPS untuk penghitungan inflasi, hanya empat kota yang harga berasnya di bawah harga eceran tertinggi (HET).

Dengan demikian, Moeldoko meminta Bulog lebih agresif menggelar operasi pasar. Apalagi, saat ini Bulog memiliki cadangan beras dari impor cukup banyak, yakni sekitar 2,2 juta ton.

“Jadi Bulog sekarang guyur ke pasar jangan ‘incrit-incrit’ begitu,” ujarnya.

Sementara merujuk pada data BPS, tahun ini harga beras tertinggi terjadi di bulan Januari. Terkait hal itu, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Tjahya Widayanti mengaku bahwa saat itu, Bulog menggerojok pasar dengan volume beras sangat besar, yakni di atas 10 ribu ton per hari hingga Februari. Bahkan, sempat mencapai 13 ribu ton.

“Berdasarkan ini, kalau Bulog menggelontorkan beras ke pasar, terutama di kota-kota yang dipantau BPS, pengalaman menunjukkan kita bisa menurunkan harga,” ucap Tjahya. (Helmi)

Tinggalkan Balasan