Jakarta, Semartara,News – Industri properti di Indonesia mengalami stagnasi di akhir tahun 2022 setelah mengalami kebangkitan pasca pandemi sepanjang tahun lalu.
Berdasarkan laporan Rumah.com Indonesia Property Market Report Q1 2023, indeks harga dan suplai properti hanya mengalami kenaikan tipis sebesar 1% dan 0,3% secara kuartalan pada kuartal keempat 2022.
Sedangkan indeks permintaan pasar secara nasional turun sebesar 40,4% secara kuartalan pada periode yang sama.
Stagnasi dan penurunan permintaan tersebut diperkirakan sebagai dampak musiman karena pada kuartal keempat konsumen lebih fokus pada pengeluaran konsumtif untuk Natal, Tahun Baru, dan libur akhir tahun.
Meskipun demikian, terdapat wilayah-wilayah di Jabodetabek yang menunjukkan tren positif pada kuartal keempat 2022, seperti Kabupaten Tangerang dan Bogor. Selain itu, tren pencarian properti untuk hunian di atas Rp1 miliar terus meningkat.
Meskipun indeks permintaan mengalami penurunan, permintaan terhadap rumah tapak masih mendominasi dengan sebesar 92% dari total pencarian hunian.
Menurut Marine Novita, Country Manager Rumah.com, stagnasi pada akhir tahun 2022 diperkirakan sebagai tren musiman karena sebelum pandemi, kuartal kedua dan keempat selalu menjadi kuartal yang ‘sepi’ pada sektor properti karena pada periode tersebut konsumen lebih fokus pada pengeluaran untuk konsumsi.
Alasan yang memperkuat keyakinan bahwa stagnansi pada kuartal keempat merupakan tren musiman adalah indeks harga dan suplai properti yang masih tetap menunjukkan kenaikan secara tahunan dan tren pencarian properti untuk harga di atas Rp1 miliar yang terus meningkat.
Namun, tren penurunan suku bunga KPR yang mulai melambat diperkirakan akan semakin terlihat dampaknya pada awal tahun 2023. Suku bunga acuan BI7DRR pada akhir tahun 2022 tercatat sebesar 5,75%, naik dari 5% pada awal tahun 2022.
Marine menambahkan bahwa penurunan tren suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) tersebut terlihat semakin melambat seiring naiknya suku bunga acuan dari Bank Indonesia.
“Naik atau turunnya suku bunga acuan BI7DRR tidak selalu langsung berdampak terhadap suku bunga pasar, dalam hal ini KPR dan KPA. Jika dilihat dari trennya, kenaikan suku bunga KPR dan KPA diperkirakan baru akan terjadi pada awal 2023,” kata Marine.
Marine memberikan kesimpulan bahwa pasar properti nasional stagnan pada kuartal keempat 2022 yang ditengarai sebagai dampak musiman. Pengembang bereaksi terhadap tren musiman ini dengan menahan kenaikan harga dan suplai properti, membuat indeks harga dan suplai properti hanya bergerak tipis secara kuartalan. Meski demikian, optimisme pengembang masih terlihat lewat pergerakan tahunan. Baik indeks harga maupun suplai menunjukkan kenaikan 6-7 persen per tahun.
“Sejumlah perkembangan positif yang datang di akhir 2022 dan awal 2023 menjadi angin segar bagi para pelaku usaha. Turunnya nilai tukar rupiah dan inflasi, serta membaiknya konsumsi pasar rumah tangga membuat pelaku usaha, termasuk di industri properti, dapat memasuki tahun baru dengan semangat yang tinggi. Semoga tren positif ini terus berlanjut dan membuat pasar properti nasional semakin menggeliat setelah pandemi,” pungkas Marine. (Sayuti)