Jakarta, Semartara.News – Revisi proyeksi Kementerian Keungan menghasilkan realisasi pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II-2020 minus 5,32%.
Posisi ekonomi Indonesia akan mengalami Resesi jika pertumbuhan ekonomi nasional kembali negatif di kuartal berikutnya. Resesi adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi minus dua kuartal berturut-turut.
Terkait hal ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan ekonomi nasional resmi resesi pada kuartal III-2020.
Sri Mulyani mengatakan, pihak Kementerian Keuangan melakukan update proyeksi perekonomian Indonesia untuk tahun 2020 secara keseluruhan menjadi minus 1,7% sampai minus 0,6%.
“Forecast terbaru kita pada September untuk 2020 adalah minus 1,7% sampai minus 0,6%. Ini artinya, negatif territory kemungkinan terjadi pada kuartal 3,”
“Dan mungkin juga masih berlangsung untuk kuartal 4 yang kita upayakan bisa mendekati 0 atau positif,” jelasnya.
Meski secara tahunan ekonomi nasional berada di zona negatif, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengaku angka proyeksi Kementerian Keuangan tidak sedalam proyeksi beberapa lembaga internasional.
Seperti World Bank atau Bank Dunia berada di level 0%, IMF di level minus 0,3%, OECD di level minus 3,3%, ADB di level minus 1%, dan Bloomber di level minus 1%.
“Tahun depan, kita gunakan sesuai RUU APBN 2021 yakni 4,5-5,5% dengan forecast titik di 5,0%. Bagi institusi lain, rata- rata berkisar antara 5-6%. OECD tahun depan prediksi 5,3, ADB sama 5,3, bloomberg median view 5,4, IMF 6,1, WB 4,8,” kata Sri Mulyani dalam video conference APBN KiTa, Selasa (22/9/2020).
“Semua forecast ini subject to atau tergantung pada perkembangan covid dan bagaimana ini pengaruhi aktivitas ekonomi,” ungkapnya.