Jakarta, Semartara.News – Harga properti residensial secara global atau mendunia terinformasi mulai mengalami kenaikan secara berkala dalam beberapa waktu terakhir ini.
Dimana, harga properti residensial ini dari riset mengenai harga properti di 150 kota dunia mencatatkan peningkatan di seluruh benua termasuk Asia Pasifik dan Indonesia. Tren kenaikan yang terjadi juga relatif tinggi sejak tahun 2004 lalu dengan Istanbul mencatatkan kenaikan tertinggi mencapai lebih dari 63 persen secara tahunan.
Pandemi Covid-19 yang dirasakan secara global tidak membuat sektor properti anjlok bahkan masih bisa menunjukan peningkatan bisnis yang baik. Berdasarkan riset Knight Frank Global, harga produk properti residensial di 150 kota dunia pada kuartal keempat tahun 2021 malah mengalami pertumbuhan pesat mencapai 11 persen secara tahunan.
Angka ini menjadi capaian peningkatan tertinggi sejak 18 tahun terakhir atau setelah kuartal keempat tahun 2004. Dalam riset Global Residential Cities Index yang dirilis Knight Frank Global, periode kuartal keempat 2021 mencatatkan pertumbuhan harga produk residensial secara merata di perkotaan dunia.
Menurut Head of International residential Research Knight Frank Kate Everett Allen, Amerika memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi mencapai 15 persen diikuti oleh Eropa, Timur Tengah, dan Afrika dengan rata-rata peningkatan 11 persen. Sementara itu kawasan Asia Pasifik rata-rata pertumbuhannya di kisaran 9 persen.
“Situasi lockdown saat pandemi yang terus berlarut justru membuat masyarakat di Amerika meningkatkann tabungannya dan itu diikuti dengan peningkatan nilai ekuitas dari aset rumah yang mereka miliki. Kekayaan itu akhirnya digunakan untuk merenovasi rumah yang ditinggali maupun untuk membeli produk properti yang baru,” katanya.
Global Residential Cities Index periode kuartal keempat 2021 juga mencatat kalau Istanbul memiliki angka pertumbuhan harga hunian tertinggi di dunia sebesar 63,2 persen selama satu tahun terakhir. Sementara itu, Kuala Lumpur mengalami penurunan harga hunian tertinggi sebesar minus 5,7 persen, di mana setidaknya terdapat 10 kota yang tercatat mengalami penurunan harga residensial selama 2021.
Bagaimana dengan Jakarta? Kota ini tercatat sebagai salah satu kota yang memiliki pertumbuhan harga hunian positif di angka 1,4 persen pada kuartal keempat 2021. Hal ini juga seiring dengan indeks dari Bank Indonesia (BI) di mana data terakhir tahun 2021 yang menyatakan indeks pertumbuhan perumahan Jakarta berada di angka 1,42 persen.
BI juga menyatakan bahwa indeks harga residensial Jakarta di kuartal pertama tahun 2022 mengalami kontraksi atau berada di angka 1,04 persen. Kondisi ini juga tercermin dari performa pertumbuhan harga residensial di Indonesia namun secara umum masih mencatatkan kinerja yang positif.
Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat menambahkan, kinerja sektor properti untuk segmen residensial di Indonesia yang positif antara lain ditopang dari suku bunga kredit pinjaman yang relatif rendah dan produk properti yang dipasarkan tahan terhadap inflasi.
“Kinerja sektor properti khususnya untuk segmen residensial di Indonesia diprediksi masih akan positif sepanjang tahun 2022 ini. Pertumbuhan harga yang terbatas terjadi karena pengembang cenderung menahan kenaikan harga sambil menghabiskan stok rumah siap huninya dengan memanfaatkan insentif PPN DTP properti,” jelasnya.