Berita  

Gamer Pria dan Wanita Punya Gaya Main Berbeda, Begini Tren Gaming Indonesia 2025

Tren gamer Indonesia 2025: gaya bermain pria vs wanita, pengeluaran game, dan peluang brand di ekosistem gaming.
Data Jakpat menunjukkan gamer pria cenderung memilih platform dengan komitmen tinggi (seperti konsol atau PC) untuk tingkat kesulitan dan tantangan, sementara wanita mengutamakan fleksibilitas dan pengalaman santai di mobile. Perbedaan ini kunci strategi pemasaran. (Foto: Freepik )

Gaya Hidup, Semartara.News — Dunia gaming di Indonesia kini bukan sekadar hiburan. Ia telah menjelma menjadi gaya hidup baru — ruang pelarian, arena kompetisi, dan bahkan wadah ekspresi diri lintas gender. Dari permainan cepat di sela aktivitas, hingga turnamen yang memacu adrenalin, cara setiap orang menikmati game ternyata sangat beragam.

Laporan terbaru dari Jakpat mengungkap potret menarik tentang kebiasaan bermain masyarakat Indonesia di tahun 2025. Lewat survei terhadap 1.203 responden, terungkap bahwa 96% gamer di Tanah Air bermain lewat perangkat mobile, seperti smartphone atau tablet. Sementara 28% menggunakan PC/laptop, dan 16% bermain di konsol.

Yang menarik, dua dari tiga gamer berencana meng-upgrade perangkat mereka dalam waktu dekat. Artinya, dunia gaming Indonesia tak hanya tumbuh dalam jumlah pemain, tapi juga dalam keseriusan dan investasi.

Menurut Septiana Widi Sugiastuti, Research Lead di Jakpat, perbedaan gender memainkan peran besar dalam tren ini.

“Pria lebih banyak bermain di platform seperti PC dan konsol yang menuntut waktu dan komitmen tinggi. Sedangkan wanita lebih memilih permainan kasual yang ringan dan fleksibel — cocok dengan ritme keseharian mereka,” jelasnya dilansir Jumat, 31 Oktober 2025.

Pria Mengejar Tantangan, Wanita Pilih Relaksasi

Dari sisi genre, selera gamer pria dan wanita tampak sangat berbeda:

  • 55% pria menyukai game MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) seperti Mobile Legends: Bang Bang.
  • 69% wanita lebih senang game puzzle seperti Candy Crush Saga.

Game strategi menjadi titik temu keduanya — menandakan bahwa berpikir taktis tetap menarik lintas gender.

Mobile Legends masih mendominasi sebagai game paling populer dengan 52% pemain aktif, di mana 65% di antaranya pria. Di posisi kedua ada Candy Crush Saga dengan 47% pemain wanita, disusul Roblox yang menjadi game lintas gender dengan komposisi pemain seimbang.

Gamer Indonesia Kian Royal, E-Wallet Jadi Andalan

Tak hanya bermain, gamer Indonesia kini juga semakin aktif berbelanja untuk mendukung hobi mereka.

  • 3 dari 5 gamer pernah membeli item digital seperti skin, diamond, atau item eksklusif.
  • 45% membeli aksesori gaming seperti controller dan keyboard.
  • 37% bahkan membeli perangkat baru, seperti PC gaming, konsol, atau smartphone.

Dalam tiga bulan terakhir, 4 dari 10 gamer mengeluarkan dana antara Rp50.000 hingga Rp100.000 untuk kebutuhan gaming. Menariknya, 86% di antaranya menggunakan e-wallet sebagai metode pembayaran utama.

Selain itu, kolaborasi antara brand dan game juga menjadi magnet baru. Satu dari dua gamer tertarik membeli item eksklusif hasil kerja sama tersebut. Bahkan, 47% menyukai promo berhadiah, dan 46% memilih merchandise bertema game.

Saat Brand Perlu Pahami “Bahasa Gamer”

Menurut Septiana, memahami gaya bermain dan motivasi di baliknya adalah kunci dalam merancang strategi pemasaran di industri ini.

“Gamer pria biasanya tertarik pada elemen digital eksklusif dan tantangan kompetitif. Sementara gamer wanita lebih menyukai pengalaman sosial yang menyenangkan, seperti kolaborasi dengan brand makanan atau fashion,” katanya.

Ia menambahkan, TikTok, YouTube Gaming, dan Discord kini menjadi “rumah digital” bagi komunitas gamer muda.

“Brand perlu hadir secara autentik di platform ini. Gabungkan elemen digital seperti hadiah dalam game dengan produk fisik seperti merchandise atau makanan, agar relevan dengan gaya hidup gamer masa kini,” tambahnya.

Lebih dari Sekadar Bermain

Tren gaming Indonesia 2025 membuktikan bahwa game bukan lagi sekadar hiburan. Ia telah menjadi cermin identitas digital baru bagi generasi muda — tempat di mana pria dan wanita punya cara berbeda untuk mengekspresikan diri, berinteraksi, dan bahkan membangun komunitas.

Dengan semakin banyaknya gamer yang berinvestasi dalam perangkat, konten, dan interaksi sosial di dalam game, industri ini siap melangkah ke level berikutnya — lebih inklusif, kompetitif, dan bernilai ekonomi tinggi. (*)

Tinggalkan Balasan