Berbeda dengan film Pixar lainnya, “Coco”, “Soul” memiliki sentuhan khasnya sendiri. Film ini mengajak penontonnya untuk berpikir ulang, sekaligus mampu menyentuh perasaan lewat serangkaian dialog cepat dengan alur yang terus maju.
Dinamika di antara dua tokoh utamanya pun menyenangkan untuk disaksikan, lantaran keduanya memiliki karakter yang sama-sama kuat.
Terdapat sebuah adegan yang menunjukkan kolase kehidupan setiap orang. Kehidupan Joe, dinilai 22 merupakan kehidupan yang biasa saja dan cenderung suram.
Joe mungkin telah kehilangan nyawanya, tetapi dia belum siap untuk membiarkan takdir menentukan keputusannya. Di sinilah ia berperan untuk menunjukkan kepada 22 dan dirinya, bahwa hidup layak untuk diperjuangkan karena ia memiliki api semangat dan cinta untuk banyak hal.
Sementara 22, yang belum bisa menemukan alasannya untuk hidup di dunia, akhirnya dipaksa untuk mencicipi kehidupan melalui tubuh Joe. 22 juga bisa mengakses banyak informasi terkait memori dari guru musik ini.
Ketika mereka berpetualang bersama, rupanya banyak momen yang ternyata baru bagi kedua tokoh tersebut, tak terkecuali Joe, yang sudah bertahun-tahun hidup sebagai manusia. Bagaimana ia kemudian bisa jujur kepada orang-orang terdekatnya, hingga dirinya sendiri.
Visual dan animasi yang sangat cantik dan impresif dari Pixar, semakin melengkapi cerita dengan baik. Pixar, yang identik dengan animasi bergaya 3D, kali ini memadukan banyak teknik untuk menggambarkan cerita “Soul”.
Sutradara Docter mengatakan bahwa para pembuat film dan animator di balik “Soul”, mengusung gaya yang “vaporous”, “ethereal”, dan “non-physical” yang diharapkan mampu membuat imaji tentang definisi sebuah “jiwa” dari beragam kultur dan agama.
Desainnya juga terinspirasi oleh gambar awal yang dibuat oleh Docter. Para animator menciptakan dua desain untuk jiwa dalam film; satu untuk jiwa baru di “The Great Before”, yang oleh pengawas animasi Jude Brownbill digambarkan sebagai “karakter yang sangat imut, menarik, namun sederhana”, dan satu lagi untuk jiwa mentor, yang memang menampilkan karakteristik khas karena sudah pernah berada di Bumi.
Para animator juga membuat desain khusus untuk 22 karena karakter tersebut belum pernah ada di Bumi tetapi sudah mulai berkembang. Animator Pixar menciptakan teknik menggambar garis (unprecedent technique) untuk menggambarkan para Jerry di “The Great Before”.
Tak hanya visualnya yang cantik, “Soul”, yang berfokus pada budaya orang kulit hitam dan kedekatannya dengan jazz, memiliki deretan soundtrack dan scoring yang sama indahnya.
Trent Reznor and Atticus Ross adalah komposer untuk scoring di film ini, sementara Jon Batiste berperan sebagai penulis dan komposer untuk musik jazz yang ditampilkan di film. Ketiganya berhasil menyatukan musik sebagai elemen penting cerita.