Efek Kebijakan KDM Tutup Tambang Bogor, Stok Batu di Pamulang Menipis hingga 90 Persen

Penutupan tambang di Bogor bikin stok batu di Tangsel langka. Harga material naik dua kali lipat dan proyek ikut terhambat.
Pemilik toko material di Pamulang, Rifai, menunjukkan stok bahan bangunan yang mulai menipis akibat penutupan sejumlah tambang di wilayah Bogor. (Foto: Ist)

Kota Tangsel, Semartara.News — Kebijakan KDM (Kang Dedi Mulyadi) yang menutup puluhan tambang di wilayah Bogor kini menimbulkan efek domino pada sektor konstruksi di wilayah Tangerang Selatan (Tangsel) dan sekitarnya. Sejumlah toko material, termasuk di kawasan Pamulang, mengalami kelangkaan pasokan batu hingga mencapai 90 persen.

Salah satu pemilik toko material, Rifai, mengaku kewalahan menghadapi kondisi tersebut. Ia mengatakan, sejak tambang-tambang di Parung Panjang berhenti beroperasi, stok batu belah, batu koral, dan batu split menjadi sangat terbatas bahkan nyaris habis.

“Sudah ada sebulan lebih sejak kebijakan KDM menutup tambang-tambang di Parung Panjang. Sejak itu, barang jadi susah banget,” ujar Rifai kepada wartawan, Kamis (6/11/2025).

Rifai menjelaskan, untuk mengatasi kelangkaan tersebut, dirinya mencoba mencari pasokan alternatif dari wilayah Banten dan Cilegon. Namun, proses pengiriman dari daerah itu pun tidak lancar karena adanya pembatasan jam malam dan keterlambatan logistik.

“Sekarang saya ngambil dari Cilegon, tapi itu juga dibatasi jam malam. Jadi nggak bisa bebas kirim kayak dulu. Pengirimannya pun tersendat,” jelasnya.

Dampak kelangkaan ini langsung terasa di lapangan. Menurut Rifai, stok di toko-toko material kini menipis drastis dan permintaan dari pelanggan tidak dapat terpenuhi. Ia memperkirakan, penurunan suplai mencapai 80–90 persen, menyebabkan harga batu melonjak tajam.

“Di mana-mana nggak ada barang. Bingung juga mau ngambil dari mana. Kalaupun ada, harganya mahal banget,” keluhnya.

Harga batu pun naik hingga dua kali lipat. Jika sebelumnya harga satu truk batu belah berkisar antara Rp1,7 juta hingga Rp1,8 juta, kini mencapai Rp3,5 juta per truk. Selain harga tinggi, waktu tunggu pengiriman juga semakin lama hingga dua minggu.

“Sekarang harganya bisa dua kali lipat dari normal. Dan pengiriman pun susah, dua minggu belum tentu datang,” ungkapnya.

Rifai berharap pemerintah daerah dan pusat segera mencari solusi agar kegiatan tambang di Bogor dapat kembali berjalan dengan pengawasan ketat. Menurutnya, keberadaan tambang sangat vital bagi pasokan material di wilayah Jabodetabek yang tengah berkembang pesat.

“Kalau tambang ditutup terus, proyek-proyek pembangunan bisa terganggu. Harapan saya, kebijakan ini bisa dievaluasi biar pasokan batu kembali normal,” tuturnya.

Sebelumnya, diberitakan bahwa kebijakan KDM menutup sekitar 25 tambang di wilayah Bogor dilakukan untuk menertibkan aktivitas tambang ilegal dan menjaga lingkungan. Namun, di sisi lain, langkah tersebut menimbulkan imbas pada rantai pasokan material di wilayah sekitarnya. (*)

Tinggalkan Balasan