Dua Sisi, ‘Berangkas’ Uang dan Kata Prihatin Bantargebang

Bantargebang
Seorang pemulung memungut dan memilah sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (7/5/2019). Sampah-sampah tersebut dipilah kembali oleh pemulung karena masih bernilai ekonomis. (Foto - Antara)
Pemulung
Pemulung mencari sampah plastik di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat. (Foto – Antara).

Media massa asing The New York Times menyebut Bantargebang sebagai daerah tujuan bagi orang-orang yang putus asa terhadap pekerjaan. Berita itu disiarkan pada 27 April 2020.

TPST Bantargebang adalah salah satu ‘landfill‘ terbesar dunia yang luasnya setara dengan 200 lapangan sepakbola.

Aktor Hollywood Leonardo Dicaprio dalam postingan di akun Instagram @leonardodicaprio pada 15 Maret 2019 menyebut Bantargebang sebagai penyumbang polusi plastik terbesar di dunia setelah Cina dengan produksi 187,5 ton sampah plastik per tahun.

Saat ini tidak kurang dari 6.000 pendatang asal daerah lain ikut mencoba peruntungan mencari penghasilan dari tumpukan sampah di Bantargebang.

Nyatanya bukan hanya sampah plastik yang mereka sasar, limbah elektronik pun ternyata sanggup diubah menjadi lempengan emas.

Paul Goodman dalam jurnal berjudul “Current and Future Uses of Gold in Electronics” menyatakan bahwa dalam perangkat elektronik, unsur logam emas digunakan sebagai bahan ‘electroplating’ untuk melapisi logam.

Fungsi ini terutama digunakan pada bagian konektor dan kontak pada papan sirkuit perangkat elektronik karena emas merupakan konduktor elektrik yang baik, terutama bagi perangkat bertegangan rendah.

Selain itu, pemanfaatan emas pada perangkat elektronik memiliki daya tahan yang kuat terhadap korosi, bila mencampur emas dengan sejumlah kecil nikel atau kobalt, mampu menghasilkan konduktor elektrik yang memiliki ketahanan kuat.

Pengolah sampah elektonik, Iskandar (32) membenarkan pernyataan itu. “Biasanya kalau harga emas lagi bagus, kita bareng-bareng nyari sampah elektronik, misalnya kuningan di kartu perdana telepon, handphone rusak, hardisk komputer, partisi komputer dan lainnya,” katanya.

Langkah awal yang dikerjakan adalah memilah bagian-bagian yang bisa diolah menjadi emas, salah satunya adalah perangkat integrated circuit (IC).

Komponen elektronik yang mengandung emas selanjutnya dilebur menggunakan timah panas hingga muncul sejumlah zat logam seperti emas, perak, tembaga, dan kuningan lalu dipisahkan menggunakan nitrit, yakni zat kimia yang digunakan untuk memunculkan emas setelah dilebur.

“Kalau sudah jadi biasanya saya jual ke pengepul plastik atau toko emas dengan harga pasaran saat ini,” katanya.

Selain lempengan emas, berbagai benda berharga milik masyarakat yang tidak sengaja terbuang juga sering ditemukan pemulung di bukit sampah. Misalnya arloji merk Rolex, sertifikat penting, perhiasan, hingga uang tunai.

“Saat banjir Januari 2020, pernah gubuk saya didatangi polisi, dia bawa orang yayasan dari Jakarta yang mengaku hilang uang Rp500 juta, kebetulan anak buah saya yang nemu, ya saya pulangin. Pernah jam tangan Rolex asli masih lengkap sama surat-suratnya saya nemu di  dekat TPA Sumurbatu,” kata Iskandar.

Tinggalkan Balasan