Semartara.News — Abu Nawas memang tokoh cerdik berilmu tinggi. Segala keinginannya ia upayakan dengan cara taktik dan siasat jitu, termasuk dalam urusan doa.
Tak tanggung-tanggung tokoh yang hidup semasa Khalifah Harun Ar Rasyid ini mempoltisir doa minta jodoh sebagai taktik dan siasat ‘memaksa’ Tuhan agar segera mengabulkannya.
Maklum, Abu Nawas ngebet ingin nikah lantaran ia didera rasa cemas mendalam.
Saat usia tak muda lagi dia masih jomblo lantaran jodohnya tak kunjung datang.
“Jangan-jangan aku jadi bujang lapuk nih,” kira-kira bigitu dalam benaknya.
Alasan lain yang membuat Abu Nawas berdoa minta jodoh kepada Tuhan, karena Sang Penyair itu tengah kasmaran tergila-gila oleh seorang wanita.
Apalagi wanita pujaan yang menjadi incarannya itu berparas cantik, cerdas, dan ahli ibadah.
Tentu saja Abu Nawas ingin segera menjadikannya istri pendamping hidupnya.
Lantaran cintanya sudah begitu membara, Abu Nawas mulai merangkai kata-kata jitu sebagai doanya.
Agar Tuhan cepat mengabulkan permintaanya.
Abu Nawas Intimidasi Tuhan
Setelah merasa pas dengan kata-kata yang ia rangkai untuk doanya agar mustajab.
Lalu dia dengan khusyuk meminta kepada Allah SWT.
“Ya Allah, jika memang gadis itu baik untuk saya, dekatkanlah kepadaku. Tetapi jika memang menurutmu ia tidak baik buatku. Tolong Ya Allah, sekali lagi tolong…pertimbangkan lagi ya Allah,”
Seraya tak lupa ia menyisipkan nama gadis sang pujaan dalam permohonannya itu.
Tentu saja doa semacam ini memberi kesan intimidasi dan pemaksaan atas kehendak Allah.
Dan seolah-olah Abu Nawas menutup rapat-rapat “pintu hati” dari wanita lain, selain gadis sang pujaan.
Dia pun berdoa itu dan itu lagi setiap selesai shalat lima waktu.
Selama berhari-hari bahkan berbulan-bulan ia menunggu tanda-tanda doanya terkabulkan.
Tiga bulan berlalu, tokoh cerdik itu pun merasa doanya gak jitu. Dia kemudian introspeksi diri.
”Mungkin Allah tak mengabulkan doaku karena aku kurang pasrah atas pilihan jodohku,” pikirnya.
Ganti strategi doa
Karena itu juga, ahirnya Abu Nawas memutuskan untuk ganti strategi doanya.
Kemudian dia bermunajat lagi. Tapi doa kali ini dia tidak menyisipkan embel-embel spesifik nama si gadis.
Apalagi berani “maksa” kepada Allah seperti doa sebelumnya.
“Ya Allah berikanlah istri yang terbaik untukku,” begitu bunyi doa revisinya.
Ternyata sudah berbulan-bulan ia terus memohon kepada Allah.
Tapi strategi doa Abu Nawas itu gatot juga alias gagal total, tak ada jawaban.
Bahkan Allah belum juga mempertemukannya dengan wanita pujaan yang mau jadi istrinya.
Dan lama-lama ia mulai khawatir juga.
Revisi Doa Lagi
Lantaran tadi itu, takut jadi bujangan tua. Abu Nawas memutar otak keras-keras. Tokoh itu mencari cara agar doanya cepat terkabul.
Memang tokoh ini terkenal cerdas. Kali ini doanya sedikit politis dan diplomatis dengan Allah.
Abu Nawas pun kembali merevisi doanya.
“Ya Allah, kini aku tidak minta lagi untuk diriku. Aku hanya minta wanita sebagai menantu Ibuku yang sudah tua dan sangat aku cintai Ya Allah. Sekali lagi bukan untukku Ya Allah. Maka, berikanlah ia menantu,” begitu doa revisi kedua Abu Nawas.
Dasar Abu Nawas. Pakai bawa nama Emaknya segala. Padahal permintaanya tetap saja untuk dirinya.
Padahal Allah Maha Tahu, tidak perlu dipolitisir semacam itu segala.
Barangkali karena keikhlasan dan kegigihannya, Allah pun menjawab doanya.
Allah menakdirkan wanita cantik dan salihah itu menjadi istri Abu Nawas.
Tokoh cerdik itu pun bersyukur bisa mempersunting gadis pujaannya.(jack)
Melansir dari berbagai sumber