Dari Keterbatasan Menuju Kemandirian: Kisah Inspiratif Yahya Musyafa, Pemuda Disabilitas Asal Brebes

Kisah inspiratif Yahya Musyafa asal Brebes, penyandang disabilitas yang sukses mandiri lewat usaha desain grafis dan printer rumahan.
Yahya Musyafa. (Foto: Dok. Pribadi)

Brebes, Semartara.News — Di sebuah rumah sederhana di Desa Tembelang, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes, seorang pemuda bernama Yahya Musyafa, yang akrab disapa Yaqul, menjalani hari-harinya dengan semangat yang tak biasa. Meski memiliki keterbatasan fisik, ia menolak untuk menyerah pada keadaan.

Yaqul merupakan penyandang disabilitas sejak lahir. Tubuhnya yang mungil dan keterbatasan untuk berjalan sempat membuatnya merasa minder di masa sekolah. Namun, semangatnya untuk terus belajar membuat banyak orang kagum.

“Waktu SMA dulu, kami satu kelas dan satu jurusan, IPS. Ia anaknya pendiam, tapi tekun. Kadang kalau presentasi, kami bantu menggendongnya ke depan kelas supaya bisa ikut menyampaikan tugas,” kenang Rizki Saputro, seorang teman sekelasnya di SMA Negeri 1 Jatibarang, Senin, 27 Oktober 2025.

Meski tidak menonjol secara akademik, Yaqul dikenal gigih. Ia jarang mengeluh dan selalu berusaha mengikuti pelajaran sebaik mungkin. Pihak sekolah, guru, hingga teman-temannya pun menerima kehadirannya dengan baik tanpa diskriminasi. “Di sekolah, tidak ada yang membeda-bedakan antara siswa disabilitas dan siswa lain,” ujarnya dengan mata berbinar.

Namun, perjalanan hidupnya tidak berhenti di bangku sekolah. Setelah lulus pada tahun 2020 — bertepatan dengan masa pandemi COVID-19 — Yaqul justru menemukan jalannya menuju kemandirian. Di tengah keterbatasan gerak, ia belajar Microsoft Office dan desain grafis secara otodidak dari temannya yang lebih dulu menguasai bidang teknologi tersebut.

Perlahan, kemampuannya berkembang. Dari belajar mengetik, ia mulai menerima jasa pengetikan, print, desain grafis, hingga cetak foto. Kini, ia bahkan membuka usaha printer dan penjualan voucher Wi-Fi di rumahnya.

“Awalnya cuma iseng, tapi lama-lama jadi penghasilan tetap. Saya senang bisa mandiri,” ujarnya Yaqul sambil tersenyum bangga.

Kisah hidup Yaqul menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti berusaha. Semangatnya menembus batas fisik dan sosial yang seringkali membelenggu kaum disabilitas di masyarakat.

Bagi banyak orang, kisahnya menjadi cermin untuk belajar bersyukur. “Kita yang diberi tubuh sempurna kadang masih mengeluh. Padahal, mereka yang memiliki keterbatasan justru mampu berdiri di atas kakinya sendiri, dalam arti sesungguhnya,” tutup Rizki.

Semoga kisah Yaqul menjadi inspirasi bahwa setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk berjuang dan mandiri — selama ada niat, semangat, dan keyakinan pada kuasa Tuhan. (*)

Tinggalkan Balasan