Kota Tangsel, Semartara.News – Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Tangerang mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati dan cermat dalam memilih obat berbahan alam. Imbauan ini disampaikan menyusul temuan produk tanpa izin edar yang mengandung bahan kimia obat (BKO) masih beredar di pasaran.
Kepala BPOM Tangerang, M. Sony Mughofir, menyampaikan hal tersebut dalam acara Bimbingan Teknis (Bimtek) bertajuk “Peningkatan Literasi Akan Obat Bahan Alam Mengandung Bahan Kimia Obat Bagi Pelaku Usaha Distribusi Obat Bahan Alam” yang berlangsung di Serpong, Kota Tangerang Selatan, Jumat (19/9/2025).
Sony menjelaskan bahwa Bimtek ini bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat sekaligus menjadi strategi untuk mengurangi permintaan produk berbahaya, sebagai pelengkap dari upaya penindakan yang selama ini fokus pada sisi pasokan.
“Kami telah melakukan pengawasan mulai dari pengungkapan kasus hingga penggerebekan pabrik ilegal. Namun, penting juga untuk menekan permintaan masyarakat agar tidak mencari produk yang berisiko,” ujar Sony usai acara.
Dalam kegiatan tersebut, BPOM menghadirkan narasumber dari GP Jamu, Dinas Kesehatan, dan praktisi kesehatan yang menjelaskan risiko konsumsi BKO. Sony menekankan bahwa efek negatif bahan kimia obat dalam jamu biasanya tidak langsung terasa, melainkan bersifat akumulatif.
“Banyak yang menganggap minum jamu tidak berbahaya, padahal konsumsi rutin dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah serius seperti kerusakan ginjal hingga membutuhkan cuci darah,” jelasnya.
Sony menambahkan bahwa BPOM masih menemukan produk mengandung BKO yang dijual di depot jamu dan apotek. Oleh karena itu, pelaku usaha diajak berperan aktif dalam menjaga keamanan produk yang mereka distribusikan.
“Pengawasan obat dan makanan bukan hanya tugas BPOM, tetapi juga tanggung jawab produsen, pelaku usaha, dan masyarakat. Setidaknya, masyarakat dapat melindungi diri dan keluarganya,” tegasnya.
Lebih lanjut, Sony mengingatkan masyarakat untuk selalu melakukan Cek KLIK (Kemasan, Label, Izin edar, dan Kedaluwarsa) sebelum membeli obat atau makanan. Ia juga mendorong penggunaan aplikasi BIMO Mobile untuk memperoleh informasi terpercaya mengenai keamanan produk.
“Kami berharap dengan edukasi ini, permintaan terhadap produk mengandung BKO dapat berkurang sehingga peredaran obat ilegal bisa diputus bersama,” tutupnya. (Idris Ibrahim)