Berita  

Busa Tebal Penuhi Kali Paninggilan, DLH Uji Lab Air

Camat Ciledug Syarifuddin mengamati kondisi Kali Paninggilan, Ciledug beberapa waktu lalu. Warga setempat sempat resah lantaran fenomena air kali berbuih tebal. (istimewa)

SEMARTARA – Fenomena air kali Paninggilan, Ciledug berbuih masih berlangsung hingga kini, Kamis (22/8/2019). Fenomena akibat pencemaran limbah rumah tangga ini masih diteliti Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangerang.

Buih tebal yang menyerupai salju nampak di Kali Paninggilan. Buih ini memenuhi muara pintu air hingga 15-20 meter area kali. Gelembung itu muncul setiap hari, tetapi hanya dalam waktu tertentu. Busa diketahui mulai muncul sejak dua pekan yang lalu.

Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang tengah meneliti fenomena munculnya busa di Kali Paninggilan demi mengantisipasi dampak bahaya kualitas airnya.

Kepala DLH Kota Tangerang Dedi Suhada mengatakan, penelitian dilakukan dengan mengambil sampel air Kali Paninggilan untuk diuji tingkat keasaman larutannya atau pH.

“Hasil survei yang dilakukan dua hari yang lalu menunjukkan tingkat keasaman berada di angka 7 pH. Maka, secara teori keasaman larutan di kali ini berstatus netral,” jelas Dedi saat ditemui di kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang, Kamis (22/8/2019).

Dedi menerangkan, status netral tingkat keasaman larutan berada di angka 6 sampai 9 pH. Sedangkan jika tidak netral berada di bawah 6 pH dan berada di atas 9 pH.

“Kalau di bawah maupun di atas angka netral pH bisa berbahaya pada pembakaran kulit. Tapi untuk kualitas keasaman di Kali Paninggilan netral,” katanya.

Kali Paninggilan berasal dari aliran Kali Wadas, Ciputat, Tangerang Selatan. Dari Kali Paninggilan, kemudian mengalir ke Kali Angke. Air Kali Paninggilan yang berada di Ciledug disebut tidak dikonsumsi warga.

Dedi mengungkapkan, pihaknya tidak merasa puas dengan hasil survei tersebut. Ia lalu menggandeng Dinas Kesehatan untuk melakukan penelitian. Hasilnya sama, yaitu tingkat keasaman larutannya berada di angkat 7 pH.

Namun, lanjut Dedi, pihaknya masih terus menguji air berbuih ini melalui laboratorium dari tim Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda). Hasilnya, masih menunggu sepekan mendatang.

“Jadi berdasarkan hasil survei awal, airnya masih aman. Keamanannya juga bisa dilihat dari kehidupan ikan-ikan di situ,” ungkap Dedi.

Menurut Dedi, busa di Kali Paninggilan ini muncul akibat dampak pencemaran limbah rumah tangga atau detergen meskipun tidak ditemukan aktivitas jasa pencucian baju dan pencucian motor.

“Sementara pemicunya diduga dari limbah rumah tangga karena indikasinya banyak busa. Pencemaran detergenlah begitu,” pungkasnya. (irfan)

Tinggalkan Balasan