Berstandar Internasional, RPH Karawaci Terbaik se-Indonesia

SEMARTARA, Tangerang – Upaya mengimplementasikan program Aman Sehat Utuh dan Halal (ASUH), PT Juang Jaya Abdi Alam yang terletak di Lampung Selatan, Provinsi Lampung, sebagai perusahaan penggemukan sapi potong yang berkualitas tinggi, mendorong Rumah Potong Hewan (RPH) di seluruh Indonesia, untuk memiliki standar ‘Animal Welfare’.

Sebanyak 52 RPH yang tersebar di Indonesia, berlomba-lomba menjadi yang terbaik sejak satu tahun terakhir. Melalui proses seleksi yang ketat, RPH Karawaci berhasil menjadi yang terbaik dan berstandar Internasional. Dengan demikian, RPH Karawaci berhak mendapat hadiah sebesar 50 juta rupiah disertai dengan sebuah pelekat.

Hal tersebut disampaikan Hendra Yudi, Humas dan GA Manager yang mewakili Direktur Utama (Dirut) PT Juang Jaya Abdi Alam, Adikelana Adiwoso, di RPH Karawaci, pada Rabu (11/4) malam.

Menurut Hendra, penghargaan ini baru kali pertama diselenggarakan pihaknya. Hal tersebut merupakan bentuk dukungannya terhadap himbauan pemerintah yang menginginkan daging berkualitas sesuai dengan ASUH.

“Penghargaan ini baru pertama kali kami adakan, dari semua RPH yang bekerja sama dengan kami, RPH Karawaci yang menurut kami lebih baik. Yang jelas memiliki nilai plus dari RPH lainnya,” ungkapnya, kepada Wartawan.

Keunggulan RPH ini, lanjut Hendra, yang pertama karena memiliki fasilitas sesuai dengan standar ‘Animal Welfare’, yang kedua kerjasama tim juga sangat baik, dan ketiga memiliki instalasi pengolahan limbah yang terintegrasi dengan baik.

“RPH Karawaci ini sudah sesuai kaidah standar hewani yang distandarkan oleh pemerintah Indonesia maupun Australia. Dan itulah yang menjadi acuan kami hingga saat ini,” ujarnya.

“Sebenarnya semua RPH sudah baik, tapi kami ingin memotivasi menjadi lebih baik lagi. Sesuai dengan harapan pemerintah,” imbuhnya.

Sementara Widodo, Manager Operasional RPH Karawaci, mewakili Dirut RPH Karawaci, Karnadi Winarga menjelaskan, RPH Karawaci memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) yang menjadi salah satu acuan untuk menghasilkan daging yang ASUH. Dan dari itu, kata Widodo, perlu dipertahankan dan atau komitmen yang juga mengacu pada SOP dalam menjalankan roda kinerja RPH Karawaci yang Tradisional Abattoir.

“Walaupun dengan tradisional abattoir, kita tetap menjaga dan mempertahankan higienis sanitasi, karena itu adalah salah satu acuan daripada kesehatan untuk menghasilkan daging yang ASUH. Dan dengan tradisional abattoir, kita juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan,” katanya.

Terkait penghargaan yang diraihnya, menurut dia, karena sistem kerja yang selama ini dilakukan pihaknya sesuai dengan peraturan pemerintah yakni menghasilkan daging yang ASUH sehingga kesehatan masyarakat benar-benar terjamin dan halal untuk dikonsumsi.

“Kita memang sangat menjaga suplai protein untuk masyarakat Indonesia, mungkin itu yang membuat kita terpilih jadi RPH terbaik. Kita juga satu-satunya RPH di Indonesia yang memiliki instalasi pengolahan limbah terintegrasi dengan baik,” tukasnya.

Meski demikian, Widodo mengaku tidaklah merasa puas. Bahkan dirinya akan bertekad untuk meningkatkan kinerja, agar menghasilkan kualitas daging terbaik serta semakin menambah kepercayaan masyarakat.

“Kita jangan terlena, kita harus tingkatkan dengan terus belajar, belajar, dan belajar,” pungkasnya. (Helmi)

Tinggalkan Balasan