Berburu Nikel di Tanah Fogogoru dan Arti Kemanusiaan

foto korban ledakan Smelter PT IWIP
foto korban ledakan Smelter PT IWIP yang dilarikan ke Jakarta saat kejadian (Foto - Istimewa)

Jakarta, Semartara.News – Nikel di Tanah Fogogoru Halmahera Tengah, PT Indonesia Weda Bay Industrial Park atau IWIP, bukanlah perusahaan pertambangan pertama yang ada ditanah Halmahera Provinsi Maluku Utara (Malut), melainkan sudah yang kesekian dari jumlah pertambangan yang sebelumnya sudah masuk dan beroperasi.

Namun demikian, PT IWIP saat ini menjadi perhatian bagi masyarakat setempat dan nasional.

Berbagai jeritan sosial rakyat negeri Fogogoru (istilah adat tanah Halmaherah Tengah) menjadi dasar, hingga saat ini, pertambangan nikel itu masih tetap memperluas lahan eksplorasinya.

Perluasan area pertambangan ini memakan wilayah perkebunan masyarakat negeri Fogogoru.

Melawan raksasa oligarki pertambangan bukan pilihan tepat bagi warga setempat, Ditengah bencana non alam (Covid-19) dan keterbatsan ekonomi, menjadi alasan banyak masyarakat yang rela mengorbankan kebunnya yang sebelumnya ditanami kelapa, dan tanaman lainnya.

Namun demikian, tidak sedikit rakyat bawah yang menerima begitu saja untuk meyerahkan tanahnya ke Perusahaan Tiongkong yang dilindungi Negara ini. Sebelum ada pembicaraan yang lebih manusiawi, antara nilai ganti rugi tanah perkebunan dengan standar harga dari pihak perusahaan.

Dalam kelompok masyarakat, selalu ada pro dan kontra, begitupun dengan hadirnya perusahaan PT IWIP, ada yang suka namun adapula yang tidak suka.

Sebagian masyarakat mengganggap, bahwa adanya perusahaan tambang nikel semacam ini, akan menjadi berkah tersendiri buat mereka, karena akan mendapatkan uang banyak dengan waktu yang singkat. Misalnya menjual lahan yang akan dibeli oleh perusahaan, atau akan melamar kerja sebagai karyawan di perusahaan tesebut atau bahkan membuat usaha untuk menunjang kehidupan selanjutnya.

Sejak kehadiran PT IWIP, sampai saat ini sudah menimbulkan berbagai masalah yang melibatkan masyarakat ditiga desa yang dekat dengan perusahaan tersebut. Mulai dari pemecatan kepada karyawan dengan status warga setempat tanpa alasan yang jelas. Disisi lain memberikan ruang lebih pada pekerja asing yang memegang kuasa tanpa profesionalisme.

Pekerja lokal atau putra dan putri daerah merasa tidak hadirnya rasa keadilan yang setara dengan pekerja asing, rasa ketidaknyamanan terhadap pekerja asing karena perilaku yang tidak manusiawi terhadap pekerja lokal.

Awal kehadiran PT IWIP, banyak masyarakat yang menyambut baik, namun seiring waktu yang berjalan hingga saat ini, perusahaan asal Tiongkok ini selalu menjadi sorotan. Hal ini disebebkan aturan-aturan yang dibuat dianggap sudah berubah dengan kesepakatan awal yang dibuat dan disepakati secara bersama.

Dalam strategi pengembangan, PT IWIP melakukan pendekatan lewat aparat desa setempat, langkah ini diambil untuk memuluskan kepentingan-kepentingannya, sehingga banyak masyarakat yang tidak setuju dengan hal ini dan bahkan tidak ada kepercayaan lagi terhadap pemerintah desa.

Kepala desa Gemaf misalnya yang tinggal di Weda dan jarang pulang ke desa Gemaf, sehinga banyak masyarakat yang sangat kecewa dengan kinerjanya, sehingga penyelesaian sengketa tidak berujung.

Tambang Nikel ini selalu menajdi bahan pembicaraan rakyat di Maluku Utara, sebab tenaga kerjanya yang didatangkan langsung dari Negara Cina sangat banyak, tapi bukan tenaga ahli melainkan pekerja kasar.

Tenaga kerja asal Negara Cina yang didatangkan diberikan fasilitas penginapan dalam area atau kawasan perusahaan dengan alasan keselamatan pekerja. Tenaga kerja dari Cina yang datangpun tidak bisa berbahasa Indonesia ataupun berbahasa Inggris, ini menjadi masalah serius saat melakukan aktifitas kerja dengan tenaga kerja lokal.

Beberapa waktu lalu perusahaan ini kembali menjadi perbincangan rakyat bawah dan elit penguasa, setelah beredarnya video dari seorang karyawan  yang memperlihatkan kebakaran pada salah satu bagian pabrik perusahan.

Dari insiden tersebut, beberapa pekerja mengalami luka bakar ringan maupun yang paling serius, tercatat ada beberapa orang yang mengalami luka bakar serius kemudian dibawa ke Rumah Sakit milik Pemerintah di Ibu Kota Negara, DKI Jakarta.

Pilihan dibawah lari ke Jakarta dengan Sriwijaya Air, karena fasilitas kesehatan di Provinsi Maluku Utara tidak memadai dan PT IWIP sendiri tidak memilik fasilitas Kesehatan, layaknya perusahan tambang lainnya.

Namun naasnya, tercatat beberapa karyawan yang dibawa ke Jakarta meninggal dunia. Pekerja atau karyawan yang meninggal merupakan putra asli Maluku Utara.

Dari media-media yang memberitakan tentang insiden Nikel di Tanah Fogogoru ini, ada hal yang menarik untuk ditelusuri yakni pekerja yang berasal dari Cina tidak bisa berbahasa Indonesia ataupun berbahasa Inggris.

Dengan demikian, ini menjadi masalah serius. Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam beradaptasi. Karena jika ini tidak ditanggapi dengan serius, maka harus dicek lagi para pekerja asal dari cina, apakah benar pekerja cina yang ada di IWIP adalah pekerja yang ahli sesuai kebutuhan perusahaan atau sebaliknya mereka adalah pekerja kasar yang didatangkan dari cina, karena bayarannya lebih murah dari pekerja di Indonesia.

Viralnya insiden yang dialami PT IWIP ini, sampai ketelinga para petinggi di Jakarta terutama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman kemudian, Luhut Binsar Panjaitan (LBP)  memutuskan berkunjung ke Maluku Utara dan lebih serunya, dia tidak datang sendiri bahkan mengajak beberapa menteri lainnya.

Tanggal 22 Juni 2021 sekitar jam 12.00 siang WIT Menko Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan beberapa Menteri didampingi Gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba tiba dibandara Cekel, Weda Halmahera Tengah. Tidak tahu apa yang dibahas sang Menko LBP, namun sampai kini kita tunggu apa keputusannya.

Informasi yang beredar, Menko LBP disaat mengunjungi PT IWIP Halmahera Tengah, hanya memohon dan meminta agar perusahaan pertambangan nikel itu  meningkatkan pendidikan teknologi bagi Tenaga Kerja Asing asal China.

Lebih lanjut, dia meminta agar PT IWIP membantu tingkatkan kualitas pendidikan masyarakay Halmahera Tengah dengan membangun Politeknik seperti yang ada di Morowali. Menko LBP berharap, dengan adanya fasilitas pendidikan yang memadai, kedepan nanti anak-anak lokal bisa menikmati pendidikan yang berkualitas.

Di kesempatan yang sama juga, dia meminta kepada Vice President PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) Kevin He untuk memperhatikan aspek lingkungan sekitar, yaitu penanaman mangrove di sekitar kawasan seperti di Kawasan Industri Morowali.

Pernyataan Menko LBP ini dinilai warga tidak manusiawi. salah satu Pemuda asal Halmahera, dalam keterangannya, mengatakan, bahwa yang disampaikan Menko LBP sangat bagus, namun terkesan menghindar dari substansi persoalan.

“Pernyataan Menko LBP seperti mengulang dan mengingatkan kembali PT. IWIP. Ingat, sudah berapa tahun pertambangan asal Tiongkok ini beroperasi, ada nyawa manusia yang sudah hilang karena ketidakpatuhan pada aturan yang disepakati sebelumnya, yaitu standar oprerasi kerja,” ungkapnya

Lebih lanjut, dia meminta Menko LBP dan pimpinan Negara lainnya jangan hanya mengejar nilai investasi, tapi tidak memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan rakyat.

Penulis Sukran Icksan, Anak Halmahera

Tinggalkan Balasan