Meski diprediksi membaik, tahun 2021 bukan berarti tanpa tantangan. Mengembalikan angka pertumbuhan ekonomi perlu strategi. Untuk itu, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memastikan akan ada 3 aksi korporasi besar yang dilakukan perusahaan pelat merah pada tahun depan.
Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wiroatmodjo mengatakan aksi korporasi perusahaan pelat merah ini diharapkan dapat memberi nuansa lebih positif pada pergerakan indeks saham Indonesia untuk tahun depan. “Untuk tahun depan ada 2 sampai 3 aksi korporasi besar,” katanya dalam webinar BUMN yang digelar Rabu (2/12/2020).
Menurut Tiko, sapaan akrabnya, tiga aksi korporasi besar tersebut yaitu konsolidasi ultra mikro di bawah PT Bank Rakyat Indonesia, merger bank syariah BUMN, dan aksi korporasi oleh Mitratel untuk melantai di BEI.
Saat ini, lanjut Tiko, sudah banyak investor yang mengapresiasi saham-saham bank pelat merah. Bahkan, beberapa di antaranya mulai menyentuh harga sebelum masa pandemi.
“Jadi, walaupun dalam satu tahun ini kami terus berjibaku dengan tantangan ekonomi. Kami tetap menjalankan konsolidasi antara perusahaan milik pemerintah,” katanya.
BRI akan melakukan aksi korporasi dalam waktu dekat. Aksi korporasi ini dikabarkan akan melibatkan Pegadaian dan PNM untuk bersinergi dengan bank spesialis kredit wong cilik tersebut.
Menteri BUMN Erick Thohir sempat menyinggung bahwa akan ada sinergi perbankan dan perusahaan pembiayaan untuk mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Selain itu, bank-bank syariah milik bank BUMN juga direncanakan akan merampungkan aksi merger pada awal tahun depan, tepatnya ditargetkan selesai pada Februari 2021.
Adapun, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, pemilik saham dengan kode TLKM belum lama ini melaporkan penandatanganan perjanjian jual beli bersyarat antara PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) dengan PT Telekomunikasi Selular.
Mitratel dan Telkomsel telah meneken conditional sale and purchase agreement (CSPA) pada 14 Oktober. Dalam perjanjian jual beli bersyarat ini, Mitratel akan membeli 6.050 menara telekomunikasi milik Telkomsel senilai Rp10,3 triliun.
Terkait aksi korporasi ini, Ananta Wahana mengatakan, pemerintah perlu hati-hati dalam merencanakan langkah bisnis perusahaan pelat merah. “Aksi korporasi perlu diuji kelayakannya. Bukan hanya sekadar aksi,” ujarnya.
Terlebih, aksi korporasi tahun depan akan mengikutsertakan BUMN gemuk seperti BRI dan Telkom. Untuk aksi korporasi Telkom, Ananta menggarisbawahi penjualan 6.059 menara telekomunikasi. “Ini harus jelas perjanjiannya. Apa saja syaratnya dan mekanisme penjualannya,” tegas Ananta.
Selebihnya, Ananta mengapresiasi jika ada BUMN yang berhasil meraup keuntungan meski masih jauh dibandingkan pendapatan tahun lalu. Hal ini bisa dimaklumi ketika semua pekerjaan infrastruktur harus mengalah dengan program kesehatan dan stimulus ekonomi. “Masih bagus kalau untung. Tapi memang BUMN, seperti BUMN Karya cukup terdampak,” katanya.