Benarkah Minyak Ganja Berpotensi Jadi Obat untuk Korban COVID-19?

SEMARTARA – Virus Corona alias COVID-19 merupakan virus jenis baru yang tengah mewabah dan menyebar ke berbagai negara di dunia. Dikutip dari Center for Disease Control and Prevention, cdc.gov, virus corona merupakan jenis virus yang diidentifikasi sebagai penyebab penyakit pada saluran pernapasan, yang pertama kali terdeteksi muncul di Kota Wuhan, Tiongkok. 

Virus ini diketahui pertama kali muncul di pasar hewan dan makanan laut di Kota Wuhan. Dilaporkan kemudian bahwa banyak pasien yang menderita virus ini dan ternyata terkait dengan pasar hewan dan makanan laut tersebut. Orang pertama yang jatuh sakit akibat virus ini juga diketahui merupakan para pedagang di pasar itu.

Dikutip dari BBC, koresponden kesehatan dan sains BBC, Michelle Roberts and James Gallager mengatakan, di pasar grosir hewan dan makanan laut tersebut dijual hewan liar seperti ular, kelelawar, dan ayam. Mereka menduga Virus Corona baru ini hampir dapat dipastikan berasal dari ular. Diduga pula virus ini menyebar dari hewan ke manusia, dan kemudian dari manusia ke manusia. 

Hingga saat ini, belum ada yang menyatakan secara khusus tentang penemuan obat yang bisa untuk menyembuhkn virus yang akhir-akhir ini meresahkan masyarakat di belahan dunia.

Nah, bicara soal apa obat yang bisa menyembuhkan orang yang tertular virua tersebut, Peneliti Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Profesor Musri Musman menyatakan bahwa tanaman ganja berpotensi jadi obat pasien Virus Corona. Menurutnya, kandungan minyak ekstrak ganja mampu menahan penyebaran virus di dalam tubuh.

“Berpotensi (jadi obat-red), Virus Corona itu masuk ke sistem tubuh kita melalui paru-paru, nanti akan menimbulkan penyakit pneumonia, kondisi itu ada yang sudah menggunakannya (cannabidiol-CBD) pada kasus penyakit paru-paru, yang disebabkan karena infeksi virus, itu mereka menggunakan CBD, cannabidiol yang ada di ganja,” ujar Profesor Musri Musman, seperti dilansir beritafakfak.com.

Menurutnya, penelitian tersebut telah banyak dilakukan oleh para peneliti untuk mengobati penyakit asma dan herpes.

“Pola bekerjanya virus ini (corona-red), sepertinya analog dengan orang yang mengalami penyakit asma, herpes, maupun penyakit paru-paru,” katanya.

Dikatakan pula, kandungan CBD terdapat pada daun, bunga, dan biji ganja. Tetapi dia menegaskan kandungan CBD hanya didapat jika tanaman ganja diekstrak, bukan dihisap.

“Mengobatinya tidak dengan menghisap ganja, tadi memberikan ekstrak minyaknya. Kalau salah pengertian nanti salah lagi kami,” ucapnya.

Menurut Musri, penyakit seperti asma, herpes, dan penyakit paru-paru saat menyerang manusia akan menimbulkan peradangan. Efeknya kemudian terjadi penumpukan dan pemecahan sel-sel yang disebut dengan sitokin. Jika diberi CBD, Musri menyebut itu akan berfungsi sebagai anti-peradangan inflamasi,

“Saya berasumsi dengan keyakinan hasil kajian yang prosedurnya terpenuhi, maka pada kasus corona yang berdasarkan informasi yang ada, cara masuknya, seperti cara masuk penyakit paru-paru. Saya mengambil kesimpulan kalau CBD pada penyakit tersebut bisa melakukan anti imflamasi , kenapa tidak pada kasus corona,” jelasnya.

Musri menambahkan, akibat dari inflamasi adalah perangsangan antibodi yang berlebihan, dan akan menyebabkan kegagalan pada organ-organ khusus pada tubuh seseorang.

“CBD yang dicoba pada kasus yang sejenis itu ternyata mampu menghentikan pengeluaran antibodi berlebihan pada sistem imun. Saya analogikan kasus itu sama dengan yang terjadi pada kasus corona,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan