SEMARTARA, Serang (3/10) - Gempa bumi dan tsunami tidak mengenal batas negara. Seperti bencana gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat pada 2010 lalu. Dampaknya juga dirasakan di negara lain, khususnya kawasan ASEAN.
Untuk itu diperlukan koordinasi antar negara guna menyatukan semua komponen terkait gempa dan tsunami, baik monitoring sistem, komunikasi maupun informasi.
Hal itu disampaikan Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Dody Ruswandi saat rapat internalisasi persiapan Pelatihan Respon Simulasi Kedaruratan Bencana Alam tingkat ASEAN atau Regional Disaster Emergency Response Simulation Excercise (Ardex) 2018, di Pendopo Gubernur Banten, KP3B, Kota Serang, Selasa (3/10).
Dody menuturkan, hampir semua negara Asean rentan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami. Kendati begitu, kalau masyarakatnya siap menghadapi bencana, resiko bisa diminimalisasi.
“Kita gak bicara darurat tapi resiko bencana. Suatu daerah bisa saja terancam bencana tapi resikonya tidak tinggi karena kapasitasnya bagus. Seperti Jogjakarta, ancamannya tinggi tapi kapasitas masyarakatnya bagus, sehingga resiko bencananya jadi rendah,” jelasnya.
Berdasarkan peta resiko bencana, lanjut Dody, Banten salah satu wilayah yang resiko bencananya tinggi, didukung faktor ekonominya yang tinggi.
“Daerah yang pertumbuhan ekonominya tinggi dan resiko bencananya tinggi, itu bahaya, makanya kita kawal dan Ardex 2018 digelar di Banten,” ungkapnya.
Data BNPB, dari 34 provinsi terdapat 136 kabupaten/kota yang diproritaskan BNPB, diantaranya Lebak, Pandeglang dan Cilegon.
“Kenapa Ardex 2018 di Cilegon? Karena selain adanya bencana alam, yang menjadi tantangan adalah bencana kimia. Banyak industri, ancamannya juga makin tinggi kedepannya. Sehingga nanti di Cilegon kalau terjadi bencana seperti gempa, pabrik-pabrik kimianya bocor, kita sudah punya persiapan bagaimana menangani bencana itu dengan melibatkan seluruh unsur, baik dari pemerintah, pabrik, ataupun masyarakat di sekitarnya,” ungkapnya.
Kepala Pelaksana BPBD Banten, Sumawijaya mengatakan, gempa bumi dan tsunami tidak mengenal batas negara. Seperti bencana gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat pada 2010 lalu. Dampaknya juga dirasakan di negara lain, khususnya kawasan ASEAN. Untuk itu diperlukan koordinasi antarnegara guna menyatukan semua komponen terkait gempa dan tsunami, baik monitoring sistem, komunikasi maupun informasi.
“Dalam rangka penguatan kesiapsiagaan dan peningkatan koordinasi pada masa penanganan darurat bencana di Kawasan ASEAN tahun 2018, Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Pelaksanaan Ardex 2018 yang akan dilaksanakan di Kota Cilegon,” katanya.
BPBD Banten, lanjut Sumawijaya, siap menyukseskan Ardex 2018 di Cilegon. “Hari ini BNPB menggelar rapat internalisasi persiapan Ardex, selanjutnya akan ditindaklanjuti hingga persiapannya matang pads Oktober-November 2018 di Kota Cilegon,” ungkapnya. (Soe)
Baca juga: