Berita  

Banten dalam Pusaran Gempa dan Tsunami

SEMARTARA, Serang (4/10)  -‎ Provinsi Banten masuk dalam kategori rawan gempa bumi dan tsunami, sehingga perlu dioptimalkan edukasi kebencanaan kepada masyarakat untuk mengurangi risiko kebencanaan dengan upaya mitigasi.

Hal itu disampaikan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Jakarta, Muhammad Riyadi saat menjadi narasumber rapat internalisasi persiapan Pelatihan Respon Simulasi Kedaruratan Bencana Alam tingkat ASEAN atau Regional Disaster Emergency Response Simulation Excercise (Ardex) 2018 di Pendopo Gubernur Banten, KP3B, Kota Serang, Selasa (3/10).

Riyadi menyebutkan, pesisir Banten wilayah utara hingga selatan berpotensi terjadi gempa bumi tektonik dan tsunami, karena berada pada pertemuan tiga lempeng/kerak bumi aktif. Ketiga lempeng aktif tersebut adalah Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian utara, dan Lempeng Pasifik di bagian timur.

“Sejauh ini, ilmu pengetahuan teknologi juga peralatan secanggih apa pun belum mampu mendeteksi secara persis waktu terjadi gempa dan tsunami. Karena itu, BMKG berharap peringatan dini gempa dan tsunami harus secepatnya dilakukan, sehingga masyarakat pesisir pantai selatan Banten bisa terselamatkan dari bencana tsunami tersebut,” katanya.

Menurut Riyadi, upaya penyelamatan membutuhkan waktu selama 10 menit setelah terjadi gempa, sehingga korban tidak berjatuhan. “Kami berharap tragedi bencana tsunami di Aceh tahun 2004 lalu tidak terulang lagi, antara lain akibat ketidaktahuan dan kurang pemahaman masyarakat dalam mengantisipasi bencana tsunami itu,” ungkapnya.

Ia melanjutkan, bila terjadi gempa di daerah patahan Selat Sunda, maka waktu tiba tsunami hanya kurang lebih 70 menit setelah gempa. Diperkirakan gelombang tsunami di Kota Cilegon setinggi 3,04 meter dan di Malingping, Kabupaten Lebak setinggi 10 meter.

“Berdasarkan hasil modeling tsunami, wilayah Cilegon yang akan dijadikan lokasi simulasi penanganan bencana tingkat ASEAN 2018 mendapatkan status ancaman AWAS, maka perlu dipersiapkan seluruh perangkat evakuasi dari sekarang,” kata Riyadi menyarankan.

Sementara itu, Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Dody Ruswandi menuturkan, hampir semua negara Asean rentan terhadap bencana
gempa bumi dan tsunami. Kendati begitu, kalau masyarakatnya siap menghadapi bencana, resiko bisa diminimalisasi.

“Kita gak bicara darurat tapi resiko bencana. Suatu daerah bisa saja terancam bencana tapi resikonya tidak tinggi karena kapasitasnya bagus. Seperti Jogjakarta, ancamannya tinggi tapi kapasitas masyarakatnya bagus, sehingga resiko bencananya jadi rendah,” jelasnya.

“Melalui simulasi kebencanaan antar negara ASEAN di Kota Cilegon, pada November 2018 manti, Kota dorong agar masyarakat Banten mendapatkan pendidikan kesiapsiagaan bencana seperti masyarakat Jogjakarta,” sambung Dody. (Soe)

Baca juga:

  1. Yockie Suryo Prayogo Gelar Konser “Menjilat Matahari” di Jakarta
  2. Perkuat Standarisasi dengan Sistem Manajemen Keamanan Informasi
  3. Dipecat dari Golkar, Begini Komentar Yoris Raweyai

Tinggalkan Balasan