Sementara itu, Ketua DPRD Kota Tangerang, Gatot Wibowo yang ikut mendampingi seniornya di PDIP itu mengatakan, bahwa persoalan yang menimpa Sekolah Sang Timur tersebut sudah disampaikan kepada Forum Koordinasi Pimpinan Daerah atau Forkompimda.
“Sudah saya sampaikan di grup (WA) Forkompida. Dan Pak Wali sudah merespon baik,” ungkapnya.
Gatot meminta pihak Yayasan Sang Timur bisa menyampaikan kronologi persoalan secara utuh agar informasi yang diterima juga utuh.
Termasuk warga yang lahannya sudah dibeli dan menjanjikan akses jalan akan dibuka ternyata tidak.
“Dan untuk soal ini, kami akan segera koordinasikan dengan berbagai pihak di pemerintahan Kota Tangerang,” katanya.
Sudah 20 Tahun Terisolir
Komplek Pendidikan Sang Timur itu nyaris selama 20 tahun terisolasi, lantaran sejak 2004 tidak memiliki akses jalan diblokade oleh warga sekitar.
Ketua Yayasan Sang Timur, Suster Clarissa menjelaskan, bahwa lokasi sarana pendidikan itu diapit oleh dua komplek perumahan, yaitu Komplek Keuangan, dan Komplek Barata.
Tahun 2004 warga sekitar melakukan blokade jalan masuk komplek Sang Timur lantaran dipicu isu pendirian Gereja Katolik Santa Bernadet yang sekarang sudah pindah ke Pinang, Kota Tangerang.
Namun demikian, aksi blokade warga terhadap akses jalan menuju komplek Pendidikan Sang Timur hingga saat ini masih berlangsung.
Padahal, komplek pendidikan dengan luas lahan 2,5 hektare itu menyelenggarakan pendidikan mulai dari Paud, TK, SD, SMP, dan juga pendidikan khusus bagi penyandang disabilitas.
Akibat blokede akses jalan itu, selain telah menurunkan jumlah siswa semua jenjang yang awalnya mencapai 3500 siswa kini hanya tinggal kurang dari separuhnya atau sekitar 1500 siswa saja.
“Selama 20 tahun blokade itu juga telah membawa kesengsaraan bagi siswa kami. Terlebih untuk siswa penyandang disabilitas yang harus berpayah-payah ke sekolah terutama saat musim penghujan,” jelas Suster Clarissa.
Lebih lanjut Suster Clarissa memaparkan, bahwa selama 20 tahun itu juga pihaknya terus berupaya untuk membuka jalur akses menuju komplek pendidikan tersebut.
Setidaknya sudah ada 5 titik akses jalan masuk yang dicoba untuk dibuka. Namun semuanya kandas, ditolak dan diblokade warga setempat.