Jakarta, Semartara.News — Anggota Komisi VI DPR RI, Ananta Wahana menanyai Direktur Utama PT Garam, Arif Haendra soal kesejahteraan para petani garam di wilayah Banten.
Pasalnya, kata Ananta, berdasarkan hasil temuan kunjungan reses di daerah pemilihan (Dapil) bahwa petani garam di Banten masih mengeluhkan soal rendahnya serapan hasil produksi dan harga.
“Seperti di wilayah Pontang (Serang), Tanjung Pasir (Tangerang), dan daerah Pantura (pesisir utara) Banten lainnya itu petaninya masih ngeluh soal garam ini,” ungkap Ananta saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI dengan PT Garam, PT Barata Indonesia, PT Perikanan Indonesia, dan PT Berdikari, Jakarta, Senin (5/9/2022).
Menurut Anggota DPR RI Dapil Banten III itu, mestinya para petani garam Indonesia memiliki penghasilan lebih lantaran bahan baku cukup berlimpah.
Kata dia, sebagai negara maritim dengan bentangan laut luas, tentu bahan baku untuk membuat garam bukan menjadi soal. Tapi kontradiktif, nyatanya taraf ekonomi petani garam tetap belum juga beranjak.
“Dari paparan tadi kan sudah ditemukan mesin dan teknik pengolahan garam. Itu artinya persoalan kulaitas tidak lagi jadi alasan,” ujarnya.
Impor Garam Naik Terus
Kendati demikian, sambung Ananta, dengan mesin dan teknik pengolahan industri garam tersebut ternyata belum bisa meningkatkan kualitas produksi garam petani, juga hasilnya masih jauh dari kebutuhan.
Buktinya, lanjut Ananta, angka impor garam nasional dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan. Sementara produksi garam domestik malah melorot.
Tren impor garam naik terus, dari 4,2 juta ton, naik 4,5 juta ton, kemudian naik lagi jadi 4,6 juta ton. Untuk produksi malah turun terus dari 2,8 juta ton, lalu 1,4 juta ton, dan 1,1 juta ton.
“Jadi ini bukan saja soal kesejahteraan rakyat para petani garam. Tapi juga bagaimana PT Garam bisa memastikan tercapai kemandirian terkait garam ini,” ucap Ananta.