Sosok  

Abraham Garuda Laksono: Tuanku Adalah Rakyat

abraham garuda laksono
Abraham Garuda Laksono saat menjenguk anak stunting di Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang/Foto: Dok Semartara.

Banten, Semartara.News — Calon Anggota DPRD Banten terpilih dari PDI Perjuangan, Abraham Garuda Laksono menyatakan komitmennya untuk mengabdi dan menjadi pelayan setia rakyat.

Sebuah tanggung jawab moral seorang milenial, pemimpin pilihan dari hasil proses kedaulatan rakyat.

Kedaulatan yang mencerminkan komitmen untuk menciptakan masyarakat yang adil, setara dan berdaya.

Mengabdi kepada kepentingan rakyat. Merespon dan bertindak atas dasar aspirasi dan kebutuhan rakyat.

Abraham menyadari amanah berat di pundaknya. Setiap tindakan dan langkah diambil, menjadi tanggung jawab yang harus memberikan manfaat konkrit bagi rakyat.

Setiap individu harus memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk meningkatkan harkat kemakmuran dan kesejahteraan.

Layanan esensial seperti pendidikan dan kesehatan menjadi kepastian dapat diakses secara adil dan merata.

Dengan begitu keadilan sosial yang jadi tujuan bernegara bisa menjalar dan dinikmati segenap rakyat.

Tanpa diskriminasi beralasan kepentingan kelompok atau golongan tertentu.

“Ini bentuk responsibility, integritas dan moralitas. Juga menjadi tindaklanjut dari kepercayaan rakyat,” ungkapnya.

Rakyat Adalah Tuan

Sesungguhnya Abraham memiliki semangat kuat soal kerakyatan.

Buktinya, kiprah berjuang untuk rakyat melalui jalur politik telah dipilih milenial kelahiran 2001 itu.

Dan pilihan itu bukan hal biasa-biasa saja. Lantaran kiprah di politik dianggap bukan “jalur nyaman” bagi milenial umumnya.

Abraham kerap mendapati kenyataan, masih banyak rakyat yang hidup kesusahan.

Kemiskinan dan pengangguran problem paling serius bahkan akut di masyarakat.

Untuk belanja kesehatan dan pendidikan, rakyat menjadi tak berdaya.

Penghasilan tak seberapa habis buat beli beras dan barang pasar lainnya yang serba mahal.

Anak-anak jatuh stunting, kurang asupan gizi dan terhambat tumbuh kembangnya.

Apalagi saat Indonesia didera bencana Covid. Rakyat makin susah karena ekonomi terhimpit akibat berbagai pembatasan.

Kami harus ke luar dari kondisi ini. Kami butuh pemimpin yang peduli dan mampu merubah keadaan, kata rakyat tegasnya.

Rakyat pun telah memilih anak muda itu jadi pemimpin untuk memperjuangkan nasibnya.

Untuk memperkokoh ikatan dan kepercayaan itu, Abraham menyatakan, bahwa pelibatan rakyat secara partisipatif dalam setiap pengambilan kebijakan perlu terus didorong dan dikuatkan.

Ini penting sebagai upaya membendung ketimpangan sosial yang terus menjalar. Akibat tekanan ekonomi dan kebijakan yang salah urus, tidak tepat sasaran.

Kebijakan yang pro rakyat kecil seperti memperbesar ruang usaha lokal dengan fasilitas modal dan pasar mendukung harus dipastikan dan berkesinambungan.

Dan untuk mewujudkan itu semua, sebagai milenial Abraham telah mengambil risiko lewat jalur politik, berjuang dan melayani rakyat.

“Karena sejatinya merekalah tuannya,” ucap Abraham.

Begitu kuatnya spirit kerakyatan dari pemuda jebolan James Cook University Singapura di usia 19 tahun itu.

Benar apa kata Bung Karno “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”.(TIM)

Tinggalkan Balasan