Sosok  

Abraham Garuda Laksono: Keluarga Adalah “Aset Politik” Paling Berharga

abraham garuda laksono
Abraham Garuda Laksono bersama keluarga saat merayakan ulang tahunnya ke 23 belum lama ini/Foto: Dok Semartara.

Banten, Semartara.News — Politisi muda PDI Perjuangan, Abraham Garuda Laksono mengatakan, bahwa keluarga merupakan aset paling berharga dalam kiprahnya di politik.

Sebagai politisi milenial kelahiran 2001, Abraham menyadari betul hal itu. Dia beranjak ke dunia politik bermodal nol pengalaman.

Namun atas dukungan keluarga, dia bisa melampaui kontestasi politik begitu ketat untuk menjadi pilihan rakyat.

Anak muda usia 23 tahun itu berhasil meraih kursi DPRD Provinsi Banten dari daerah pemilihan Banten 6 di Pemilu 2024 lalu.

“Keluarga adalah anugrah terbesar. Dukungannya dapat diandalkan mempu merubah keadaan. Dan keluargalah aset paling berharga dalam kiprah saya di politik,” ungkapnya.

Abraham adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Dia putra dari Ananta Wahana, tokoh politik berpengaruh di Banten dari PDI Perjuangan.

Ada kewajaran jika sebagai milenial Abraham punya ketertarikan ke dunia politik sejak dini, lantaran terlahir dari keluarga politik yang kental.

Keluarga dengan ikatan emosional yang kuat dan sering mendiskusikan urusan kemasyarakatan.

Politik sudah menjadi menu diskusi harian. Sebuah proses sosialisasi politik dalam keluarga.

Kini dia telah memilih berkarir di politik. Pilihan berbeda dengan generasi seusianya yang tak begitu hirau politik dan enggan berkecimpung.

Sesungguhnya pilihan itu bukan tanpa pilihan lain yang lebih menggiurkan bagi jebolan James Cook University Singapura usia 19 tahun ini.

Lulus dari Singapura, sesaat dia menjejaki kiprah yang dianggap lebih ideal, selayaknya milenial yang memiliki sirkel dan lingkungan tersendiri.

Dia mendapat tawaran dari berbagai perusahaan dengan jabatan strategis dan salary pantastis, antara lain dari perusahaan di negeri Sakura Jepang.

Namun di tengah pencariannya itu, Abraham batinnya terungkit saat-saat berdiskusi soal kerakyatan. Dia pun kembali ke rumah dan menemukan pilihannya di sana.

Seperti ungkapan seorang novelis Irlandia George A. Moore, “Seseorang berkeliling dunia untuk mencari apa yang dia butuhkan, dan kembali ke rumah untuk menemukannya.”

Lahir dari Keluarga Politisi

Memang Abraham lahir dari keluarga politisi kental. Dia adalah generasi ketiga dalam keluarga itu.

Sang kakek adalah seorang politisi generasi pertama. Pernah jadi wakil rakyat di Sukoharjo dan Solo dari PNI pada zamannya.

Sementara ayahnya yaitu Ananta Wahana ‘generasi tengah’. Setidaknya lima kali tercatat berkiprah di lembaga wakil rakyat.

Karenanya Abraham banyak memperoleh nilai penting dan keyakinan politik dari kakek dan ayahnya.

Menurut pandangannya, sudah menjadi ketentuan zaman sikap sosial politik cenderung berbeda antargenerasi.

Perbedaan tantangan yang dihadapi sering kali menyebabkan perbedaan pilihan sikap politik lintas generasi.

“Ketika generasi lama cenderung melihat politik secara ideologis. Bisa jadi generasi sekarang lebih pragmatis,” ujarnya.

Namun, kata dia, keluarga menjadi sumber sosialisasi politik yang paling penting.

Keluarga telah menanamkan budaya politik sebagai contoh. Sehingga memiliki keyakinan politik yang mirip walau beda generasi.

Begitulah pandangan politik Abraham, dia telah menempatkan keluarga segalanya. Sebagai aset pemberian Tuhan paling berharga. (TIM)

Tinggalkan Balasan