Tangerang, Semartara.News – Tepat pada hari Sabtu (29/5/2021), di Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis yang berada di daerah Bonang, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, pemuka dari 5 Agama resmi di Indonesia, dan 1 aliran kepercayaan berkumpul. Mereka terdiri dari elemen Ansor, PWNU Banten, Gereja,Wihara, Pura, Pesantren dan aliran kepercayaan.
Tak hanya itu, beberapa Kader PDI Perjuangan yang menggunakan atribut lengkap partai, pun juga ikut berkumpul.
Beberapa tokoh dari kelompok masyarakat seni budaya, termasuk anggota DPRD Kota Tangerang serta Ketua DPRD Kota Tangerang, Gatot Wibowo, turut meramaikan padepokan itu. Menurut pengasuh Padepokan, ST Ananta Wahana, Mereka semua berkumpul untuk menggelar doa bersama demi keselamatan bangsa Indonesia yang tengah berjuang melawan Pandemi COVID-19.
Para peserta yang hadir, tetap menerapkan protokol kesehatan dengan menggunakan masker, menjaga jarak, serta cuci tangan.
Ananta juga menuturkan, bahwa acara doa ini juga dimaksudkan sebagai persembahan untuk menyambut Bulan Bung Karno yang akan diselenggarakan sepanjang Bulan Juni nanti.
Selain acara doa bersama, peringatan Bulan Bung Karno di Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis juga menyelenggarakan Kursus Pancasila bagi kaum muda-mudi. Djarot Syaiful Hidajat, mantan Wali Kota Blitar dan Gubernur DKI Jakarta, yang sekarang menjadi Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Ideologi dan Kaderisasi diundang, hadir sebagai narasumber kunci dalam Kursus Pancasila tersebut.
Djarot Syaiful Hidajat yang datang belakangan pada siang hari itu, terlihat bergegas bergabung mengikuti acara doa bersama. Kursus Pancasila menjadi inti perhelatan di Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis pada Sabtu siang.
“Doa Bersama untuk Bangsa dan Kursus Pancasila yang dihadiri oleh perwakilan warga dari berbagai latar belakang serta lapisan sosial ini, menjadi pengingat bagi generasi muda memasuki Bulan Bung Karno di Bulan Juni. Sehingga generasi muda tidak lupa akan akar sejarah dan fondasi ideologi negerinya sendiri,” tuturbAnanta Wahana.
Yang menarik adalah, Kursus Pancasila siang itu dibuka oleh perwakilan dari pemuda Generazi Z, Abraham Garuda Laksana. Dalam sambutannya, ia berbicara mengenai Blackberry dan Nokia yang dulu sempat menjadi jawara teknologi, tapi saat ini ternyata tidak terdengar lagi namanya karena dikalahkan oleh dominasi Android dan iPhone.
Abe, sapaan akrabnya, memberikan perbandingan itu untuk menunjukkan bagaimana nama besar Indonesia di masa lalu jangan sampai hilang semerbaknya dan sirna begitu saja. Apalagi jika Indonesia gagap mengadaptasi perubahan zaman dan terlambat merangkul Generasi Z ke dalam politik.
Sontak saja, pidatonya itu langsung mendapatkan perhatian dari khalayak yang hadir, termasuk Djarot Syaiful Hidajat yang duduk di mimbar.
Abe juga menyampaikan, bagaimana anak muda dari Generasi Z seperti dirinya itu, banyak yang sebetulnya buta ideologi dan tidak mengenal sejarah bangsanya sendiri. Ia menilai, bahwa ke depannya generasi muda yang abai politik dan tuna ideologi ini justru rawan terhasut oleh ideologi-ideologi asing, yang ujungnya justru mengancam toleransi, keberagaman, dan persatuan Indonesia.
Alasan-alasan inilah yang kemudian membuatnya bergabung dengan PDI Perjuangan sebagai partai dengan dasar ideologi serta arah perjuangan yang jelas. Ia juga menyebut dirinya merasa bangga bisa bertemu dan berguru pada maha-guru ideologi Pancasila seperti Djarot Syaiful Hidajat.
Sementara dalam paparannya, Djarot Syaiful Hidajat memuji keberanian dan pilihan politik pemuda seperti Abraham Garuda Laksana. Djarot bahkan menolak, jika dirinya disebut maha-guru Pancasila. Sebab, dia sendiri masih senantiasa belajar bagaimana mempraktikkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di tengah pandemic COVID saat ini.
Djarot mengingatkan betapa pentingnya pertanyaan Bung Karno di hadapan Dokuritsu Junbi Chosakai, yaitu Indonesia Merdeka itu dasarnya apa. Pertanyaan inilah yang kemudian membawa pada penemuan Pancasila yang digali dari tradisi kebudayaan Indonesia yang kaya dan tua. “Maka Pancasila merupakan fondasi Indonesia yang merdeka dan tidak boleh diabaikan oleh generasi muda,” terang Djarot.
Alumnus Universitas Brawijaya ini sempat menyinggung pengalamannya sebagai Gubernur DKI Jakarta yang harus berhadap-hadapan dengan kelompok-kelompok radikal dan intoleran yang mencaci-maki dirinya. Ia menegaskan, bahwa ke depannya, untuk melawan ideologi-ideologi lawan yang menyusup dan mempengaruhi alam pikir anak-anak muda seperti itu, generasi muda harus mulai memantapkan posisi ideologis mereka dengan mendalami serta mempraktikkan langsung Pancasila di tengah masyarakat.
Seusaiba acara, Abe menyampaikan, bahwa di tengah pandemi COVID-19 saat ini, generasi muda harus mulai bisa menerjemahkan Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dan Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab ke dalam hidup sehari-hari. Ia menyebut bahwa dalam rangka menyambut Bulan Bung Karno pada Juni ini, generasi muda ditantang untuk lebih bisa mengenal cita-cita para pendiri bangsa seperti Bung Karno bagi negeri ini, dan mengenal lika-liku sejarah Indonesia sebagai bangsa yang terus bergerak maju, dari sejak melawan ideologi kolonialisme dahulu hingga ke perjuangan nyata di masa kini.