SEMARTARA – Stigma atau pengecapan negatif bagi warga binaan Lembaga Pemasyarakatan disebut masih terjadi di masyarakat. Tak terkecuali bagi anak didik lapas (andikpas) Klas 1 Tangerang. Sejumlah upaya digalakkan guna memerangi stigma tersebut.
Pemahaman tentang anak berkonflik dengan hukum nampaknya belum tersosialisasi dengan baik. Alih-alih mengutamakan kepentingan masa depan anak dalam penegakan hukum, yang terjadi justru anak terpinggirkan lantaran stigma.
Menurut Pelaksana tugas (Plt) Kepala Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas 1 Tangerang Dedi Cahyadi, penanganan berbasis Hak Asasi Manusia (HAM) harus dilakukan guna menghilangkan stigma.
“Kami mengedepankan kehormatan, harkat dan martabat manusia, agar mereka tidak kehilangan masa depan,” ujarnya saat berbincang dengan wartawan di Kafe Kekinian LPKA, Tangerang, Senin (11/11/2019).
Upaya yang digalakkan Dedi salah satunya pembinaan andikpas secara formal maupun informal. Pada pendidikan formal, ia mengaku ingin tanda tamat belajar disamakan seperti anak lainnya.
“Saat ini aturan terkait lembaga pendidikan di Lapas sedang digodok. Nantinya sekolah negeri di Kota Tangerang yang direkomendasikan akan membuka kelas di sini, namanya kelas filial,” jelasnya.
Meski tak terdapat ciri khsusus bagi lulusan sekolah Lapas, Dedi menyebut, beberapa pihak masih ada yang menolak mengkaryakan andikpas lantaran stigmatisasi.
“Kan memang beberapa ada yang bertato, ya kalau memang aturan perusahaannya demikian mau gimana lagi, gak bisa dipaksa juga,” kata mantan Kepala Rutan Jambe tersebut.
Padahal, menurut Dedi, mereka mempunyai kemampuan yang sama dengan anak seusianya. Pada sektor formal misalnya, anak belajar di sekolah yang materi dan kurikulumnya sama dengan sekolah di luar LPKA Tangerang.
Bahkan, di sektor informal pihaknya membekali keterampilan vokasional pada sejumlah bidang. Sebut saja program pelatihan penyaji kopi (barista) yang akan dilakukan dalam waktu dekat ini.
Baca juga: Akar Jeruji Kenalkan Seni Jalanan di LPKA
“Dalam waktu dekat ada yang mau mengajari barista. Makannya, saya juga menantang pihak manapun yang punya kepedulian dengan anak untuk berbagi di sini,” katanya.
Kafe Kekinian LPKA sendiri dijadikan laboratorium belajar bagi andikpas. Ini, kata Dedi, dilakukan agar andikpas siap dikaryakan saat bebas nanti.
“Mereka kan generasi milenial. Kami update juga pendekatan sesuai pola pikir mereka,” tandasnya.