Kotret Salurkan Ilmu Fotografi Melalui Diskusi

SEMARTARA, Kota Tangerang – Dunia fotografi selalu banyak diminati dari semua kalangan, mulai remaja hingga orang dewasa menyalurkan hobi dan menggali kreativitas melalui fotografi. Berbagai komunitas ataupun kelompok dalam dunia tersebut bermunculan dan bahkan terus mengalami peningkatan.

Berdasarkan hal tersebut, anak-anak Komunitas Taman Potret (Kotret) yang telah berdiri sejak tiga tahun belakangan ini, mengadakan diskusi fotografi yang mengangkat tema “Beauty Shot dan Foto Jurnalistik” di Tangcity mal, Cikokol, Kota Tangerang.

Faisal R. Syam, seorang pewarta foto yang menjadi nara sumber bersama Randi Tri Kurniawan menjelaskan, dalam fotografi beauty (cantik), seorang fotografer harus pintar mengatur lampu, sehingga tercipta cahaya tepat dan sesuai dengan keinginan serta mempercantik model atau objek yang menjadi sasaran.

“Salah satu contoh saat saya memotret artis Audi. Dia itu kan memiliki face yang chuby, namun dalam foto saya ini, saya buat tata cahaya sedemikian sehingga kelihatan tirus. Di sinilah peran make up juga bermain,” kata Faisal.

Menurut Faisal, seorang fotografer harus berani dan mampu mengeksplore cahaya sehingga hasilnya akan lebih maksimal. “Buat adek-adek yang hadir di sini gak perlu takut untuk belajar, dari kesalahan kita akan mendapatkan ilmu,” katanya.

Sementara Randy Tri Kurniawan, seorang pewarta foto yang kini bertugas di Istana kepresidenan menjelaskan, seorang fotografi jurnalistik harus peka dan mampu merekam momen yang ada di sekelilingnya. Sebab hal itu mampu membuahkan karya foto yang sudah pasti menarik.

“Dengan ide kreatif dan kepekaan, kita akan mampu untuk menghasilkan sebuah foto yang menarik. Foto di istana cenderung akan sama, nah disitu kita dituntut untuk jeli dan kreatif,” jelas Randy.

Pada kesempatan itu Randy memberi contoh sebuah foto hasil karya yang memvisualisasikan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, bersama Susilo Bambang Yudhoyono saat meminum kopi bersama di Istana. Visual tersebut seolah menggambarkan suasana keakraban, padahal kondisi politik keduanya ketika itu sedang memanas.

“Intinya kita harus mampu berpikir kreatif dan jeli saat melihat objek,” katanya.

Seorang peserta, Salsabila mengaku senang dan bangga, karena bisa turut serta dalam kegiatan diskusi yang bertujuan agar para peserta mampu menyerap segala informasi yang disampaikan, sehingga dapat menjadi bekal di kemudian hari.

“Senang bisa ikutan, bisa jadi ilmu tambahan buat saya. Semoga ke depan saya bisa terus mengembangkan diri,” ujar Salsabila. (Helmi)

Tinggalkan Balasan