Kota Tangsel, Semartara.News – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) bekerja sama dengan Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia (HIMNI) menyelenggarakan Simposium Sains dan Teknologi Nuklir (SISTEN) 2025 bertema “Bersama Nuklir, Membangun Negeri Menuju Kedaulatan Energi”.
Simposium yang digelar pada 1–2 Oktober 2025 di Gedung Graha Widya Bhakti, Kawasan Sains dan Teknologi BJ Habibie, Serpong, ini diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai kalangan, termasuk lembaga pemerintah, sektor industri, akademisi, dan mahasiswa.
Kepala ORTN BRIN, Syaiful Bahri, menyatakan bahwa SISTEN 2025 melanjutkan rangkaian simposium tahunan BRIN yang dirancang untuk mempererat sinergi dalam riset dan pengembangan teknologi nuklir.
“Lewat acara ini, kami bertujuan menyoroti peran teknologi nuklir di berbagai sektor. Selain energi, nuklir juga berkontribusi pada industri, kesehatan, dan pangan. Dengan kolaborasi yang solid, nuklir bisa menjadi pilar utama kedaulatan energi Indonesia,” ujar Syaiful pada Kamis (2/10/2025).
Rangkaian acara mencakup kunjungan ke fasilitas Reaktor Serbaguna G.A. Siwabessy dan Instalasi Pengelolaan Limbah Radioaktif, seminar dengan pembicara utama, sesi presentasi poster, pameran teknologi pasar, serta diskusi paralel bersama para ahli.
Rektor Universitas Pertahanan (Unhan RI), Letnan Jenderal TNI (Purn) Anton Nugroho, mengungkapkan bahwa Unhan RI berencana membuka Program Studi Teknik Nuklir pada 2026, dimulai dari tingkat S2 sebelum diperluas ke S1.
“Nuklir merupakan sumber energi potensial yang ideal untuk dikembangkan di Indonesia. Kami siap melatih sumber daya manusia berkualitas untuk mendukung kedaulatan energi nasional, serta berkontribusi di bidang pertahanan, kesehatan, pangan, dan industri. Pengamanan, baik dari segi keselamatan maupun keamanan, akan menjadi fokus utama,” jelasnya.
Ketua HIMNI, Susilo Widodo, menekankan bahwa teknologi nuklir kini bukan lagi pilihan semata, melainkan solusi konkret untuk ketahanan energi, peningkatan layanan kesehatan via radioisotop, serta pemanfaatan industri dan lingkungan yang berkelanjutan.
“Selain sesi pleno, simposium juga menyajikan diskusi paralel tentang radioisotop dan radiofarmaka, reaktor inovatif, dosimetri serta fisika medis, pemanfaatan akselerator, keselamatan radiasi, dan pengelolaan limbah nuklir,” tambah Susilo.
Ia juga menyebutkan bahwa HIMNI terus membangun kerjasama domestik maupun internasional, sambil mengedepankan edukasi masyarakat tentang manfaat teknologi nuklir.
“Jika kebijakan pemerintah selaras dengan visi HIMNI, kami siap berkontribusi. Namun, jika ada aspek yang perlu dikritik, kami akan memberikan masukan berdasarkan keahlian,” ujarnya.
Ketua Panitia, Anis Rohanda, menyoroti bahwa SISTEN 2025 menjadi forum krusial untuk memperkaya pemahaman mitra tentang sains dan teknologi nuklir, sekaligus memperluas jaringan kerjasama.
“Ada dua poin utama dari simposium ini. Pertama, menyediakan wawasan baru tentang teknologi nuklir. Kedua, memperluas jejaring dan kolaborasi dengan stakeholder. Semoga aspek teknis maupun non-teknis dapat terealisasi melalui forum ini,” pungkas Anis. (Idris Ibrahim)