DBD di Tangsel Masih Mengancam, 475 Kasus Terdata Sejak Januari 2025

Kasus DBD di Tangsel capai 475 hingga Agustus 2025. Dinkes imbau warga tingkatkan kewaspadaan lewat gerakan 3M Plus.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, dr. Allin Hendalin Mahdaniar, saat memberikan keterangan terkait perkembangan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Tangsel. (Foto: Ist)

Kota Tangsel, Semartara.News – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menunjukkan angka yang cukup mengkhawatirkan. Data yang dihimpun oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Tangsel menyebutkan, sejak 1 Januari hingga 18 Agustus 2025 tercatat 475 kasus DBD. Angka ini menjadi sinyal penting bagi masyarakat agar tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan Tangsel, dr. Allin Hendalin Mahdaniar, mengatakan bahwa kasus DBD di wilayahnya selalu mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pola yang sama juga terlihat pada 2025, di mana lonjakan tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan 131 kasus. Hal ini serupa dengan tren tahun-tahun sebelumnya, ketika puncak kasus biasanya muncul di awal tahun, tepat saat intensitas hujan sedang tinggi.

“Jika kita melihat data historis, tahun 2022 kasus DBD di Tangsel mencapai 756, kemudian turun di 2023 menjadi 420 kasus. Namun pada 2024 kembali naik hingga 754 kasus. Sedangkan tahun ini, hingga pertengahan Agustus saja sudah ada 475 kasus. Ini artinya masyarakat harus semakin hati-hati, jangan lengah, karena potensi peningkatan masih bisa terjadi,” ujarnya, Minggu (24/8/2025).

Data Program DBD Kota Tangsel. (Foto: Ist)

Allin juga merinci persebaran kasus berdasarkan kecamatan. Dari tujuh kecamatan di Tangsel, Pondok Aren menduduki posisi teratas dengan 112 kasus. Disusul Ciputat sebanyak 81 kasus, Ciputat Timur 71 kasus, Pamulang 67 kasus, Serpong 62 kasus, Serpong Utara 41 kasus, dan Setu 41 kasus. Data ini menunjukkan bahwa hampir semua wilayah terdampak, sehingga upaya pencegahan harus dilakukan secara menyeluruh, bukan hanya di titik tertentu.

Data Kasus DBD Per-Kecamatan Tahun 2025. (Foto: Ist)

Menurutnya, pengendalian DBD tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif masyarakat. Salah satu langkah yang paling efektif adalah gerakan 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air secara rutin, menutup rapat wadah air, serta memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.

“Fogging memang bisa membantu mengurangi populasi nyamuk dewasa, tapi sifatnya sementara. Cara paling efektif tetap dengan mencegah adanya sarang nyamuk. Kalau masyarakat bersama-sama bergerak, hasilnya akan lebih maksimal,” tegas Allin.

Selain itu, ia juga mengingatkan masyarakat agar segera membawa anggota keluarga yang mengalami gejala seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot, sakit kepala, hingga munculnya bintik merah pada kulit ke fasilitas kesehatan terdekat. Deteksi dini sangat penting agar pasien mendapat penanganan cepat dan risiko komplikasi bisa diminimalisir.

Dengan tren kasus yang masih tinggi, Dinkes Tangsel berharap kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat bisa menekan angka penyebaran DBD. Musim hujan yang sering memicu peningkatan populasi nyamuk harus diantisipasi dengan menjaga kebersihan lingkungan dan pola hidup sehat. (Idris Ibrahim)

Tinggalkan Balasan