1,01 Juta Pengangguran Sarjana di Indonesia, UMT Minta Negara Hadir & Tak Salahkan Universitas

1,01 Juta Pengangguran Sarjana di Indonesia, UMT Minta Negara Hadir & Tak Salahkan Universitas
Gedung Universitas Muhammadiyah Tangerang. (Foto: Semartara.News)

Kota Tangerang, Semartara.News – Kementerian ketenagakerjaan (Kemenaker) memaparkan data Kajian Tengah Tahun (KTT) INDEF 2025 bahwa terdapat sebanyak 1,01 sarjana tidak memiliki pekerjaan atau pengangguran.

Menanggapi banyaknya pengangguran sarjana tersebut, Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) meminta negara hadir dan tidak menyalahkan pihak universitas atas data pengangguran tersebut.

Menurut Wakil Rektor UMT, Dr. Enawar banyaknya pengangguran sarjana itu tidak lepas dari geopolitik dan geoekonomi global Indonesia. Terlebih, data pengangguran akan terus bertamabah setiap tahun seiring tidak stabilnya iklim usaha industri yang berguguran.

Lebih lanjut kata Dr. Enawar, pemerintahan tidak bisa menyalahkan pihak universitas lantaran Program Studi (Prodi) di setiap universitas sudah banyak yang memiliki kerja sama dengan industri.

“Itu sebabnya negara harus merespon pengangguran di Indonesia dengan merespon investor dari luar dengan perspektif yang menyeluruh tidak bisa hanya parsial tenaga kerja saja dan investasi dalam dan luar negeri saja, tetapi juga harus melipatkan kapasitas untuk menginisiasi, Indonesia ini ada di posisi mana dalam konteks geopolitik dan geoekonomi global,” kata Dr. Enawar kepada Semartara.News, Sabtu (5/07/2025).

Untuk UMT sendiri, Dr. Enawar menjelaskan dari 16000 mahasiswa, kurang-lebih 70 persen diantaranya sudah terserap di dunia kerja industri formal dan informal. Ditambah, UMT juga memiliki 300 binaan UMKM, yang tersebar di Tangerang Raya, di mana setiap produknya sudah dikirim ke pasar internasional.

“Antisipasinya adalah kita mengembangkan jiwa entrepreneurship. Jadi kapasitas entrepreneur mahasiswa tidak hanya pandai mengerjakan sektor-sektor formal dalam dunia kerja, apalagi dunia teks. Tetapi dia juga mampu menempatkan dirinya sebagai satu kekuatan yang bisa menghadirkan lapangan pekerjaan,” ucapnya.

Sementara itu, Sekertaris Jenderal Badan Eksekutif Mahasiswa (Sekjen BEM) Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) Indonesia, Asrul Haruna mengungkapkan mahasiswa yang merupakan agen perubahan semestinya memiliki buah pemikiran dan tidak selalu menjadi buruh-buruh pabrik.

Menurutnya harus ada perubahan sistem atau kurikulum di aspek pendidikan untuk mengikuti kemajuan zaman atau perkembangan teknologi.

Karena itu, banyaknya pengangguran lulusan universitas menjadi evaluasi besar bagi negara untuk diperbaiki sesingkat-singkatnya.

“Kalau saya memandang negara, ya, ini mungkin evaluasi besar dan juga kritik. Ketika negara sebesar ini Republik Indonesia kemudian banyak pengangguran, maka mesti dilihat bahwa kita gagal mencetak seorang sarjana yang bisa memberikan lapangan kerja, tapi kita justru mengantri bekerja,” terangnya.

“Artinya, kalau kita memandang negara kuat dan maju. Mereka lebih besar untuk menampung ide-ide, tidak kemudian dipekerjakan di pabrik-pabrik, tapi untuk membuat inovasi-inovasi besar,” tandasnya.

Sebagai informasi, data KTT INDEF 2025 mencatat sebanyak 7,28 juta pengangguran di Indonesia, di mana lulusan universitas menyumbang 1,01 juta, lulusan SMK 1,62 juta, lulusan SMA 2,03 juta, dan lulusan SD – SMP 2,42 juta. Sementara itu, jumlah pekerja berada di angka 145,77 juta orang. (Kahfi)

Tinggalkan Balasan