Bupati Tangerang Hadiri Waisak 2569 BE: Perkuat Toleransi dan Kerukunan Antarumat Beragama

Bupati Tangerang, Moch Maesyal Rasyid, menghadiri perayaan Waisak 2569 BE, menekankan kerukunan antarumat beragama.
"Bupati Tangerang Maesyal Rasyid dan Gubernur Banten Andra Soni menghadiri Perayaan Waisak 2569 BE di Citra Raya, Panongan. (Foto: tangerangkab.go.id)

Tangerang, Semartara.News – Bupati Tangerang, Moch Maesyal Rasyid, menghadiri perayaan Hari Raya Tri Suci Waisak 2569 BE yang berlangsung di Bunderan 3, Citra Raya, Kecamatan Panongan, pada hari Minggu (18/5/25).

Dalam pidatonya, Bupati Maesyal Rasyid menegaskan komitmen Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk terus memelihara dan merawat kerukunan antarumat beragama. Perayaan ini menjadi momen penting untuk memperkuat semangat toleransi, kerukunan, dan penghormatan terhadap keberagaman di Kabupaten Tangerang.

“Di Kabupaten Tangerang, semua umat beragama—termasuk Buddha, Kristiani, Islam, dan kepercayaan lainnya—memiliki hak dan kesempatan yang setara dalam merayakan hari besar keagamaan mereka. Alhamdulillah, hingga saat ini, situasi di Kabupaten Tangerang tetap aman dan kondusif, berkat rasa saling menghormati yang telah menjadi budaya kita,” ujar Bupati Maesyal Rasyid.

Ia menekankan bahwa nilai-nilai Pancasila harus menjadi dasar utama dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga tidak boleh ada perbedaan perlakuan dalam hal hak dan kewajiban sebagai warga negara.

“Kami ingin menegaskan bahwa tidak ada perlakuan yang berbeda di Kabupaten Tangerang. Semua umat memiliki hak yang sama dalam menjalankan ajaran keyakinannya. Kita semua adalah bagian dari NKRI yang menjunjung tinggi persatuan dan keharmonisan,” tambahnya.

Lebih lanjut, Pemerintah Kabupaten Tangerang menyatakan dukungan penuh terhadap perayaan Waisak sebagai agenda tahunan dan akan terus berupaya menciptakan kehidupan yang rukun dan damai di tengah keberagaman.

Di sisi lain, Bhante Dhammatera, dalam sesi Dhamma Desananya, menjelaskan bahwa Tri Suci Waisak memperingati tiga peristiwa penting: kelahiran Pangeran Siddharta, pencapaian Penerangan Sempurna sebagai Buddha, dan wafatnya Sang Buddha Gautama.

Bhante juga menekankan pentingnya tradisi pindapata, yaitu ritual menerima sumbangan makanan dari umat sebagai bentuk komunikasi spiritual dan budaya antara para bhikkhu dan masyarakat.

“Ini bukan sekadar meminta, tetapi menyambung rasa. Tradisi ini adalah budaya puja dan penghormatan yang merupakan warisan ajaran Sang Buddha. Jika budaya penghormatan ini hilang, maka kemuliaan jiwa manusia juga akan lenyap,” ungkap Bhante Dhammatera.

Acara tersebut juga dihadiri oleh Gubernur Banten, anggota DPRD, Dirjen Bimas Buddha, serta berbagai tokoh lintas agama dan masyarakat. Kehadiran mereka menjadi simbol nyata dari semangat kebersamaan dalam menjaga kerukunan di tengah keberagaman. (*)

Tinggalkan Balasan