SEMARTARA, Tangerang – Beberapa motif batik di Kabupaten Tangerang kini menjadi salah satu ikon dan identitas budaya di daerah berjuluk Kota Seribu Pabrik. Adapun batik tersebut diantaranya adalah batik parakan, batik wareng, dan batik kacang Cisoka.
Selain menjadi produk kebanggaan kearifan lokal, batik Kabupaten Tangerang merupakan potensial ekonomi kreatif yang harus terus dikembangkan. Batik-batik tersebut juga harus mampu menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri. Hal itu menuai tanggapan positif dari sejumlah pihak di wilayah Kabupaten Tangerang.
Widi Hatmoko, seorang pemerhati budaya di Kabupaten Tangerang ini mengaku bangga lantaran Kabupaten Tangerang memiliki inovasi mengangkat ikon daerahnya melalui karya batik. Namun, menurut pria yang juga sebagai Ketua Umum di Asosiasi Pengrajin Tangerang (APTA) ini, kebanggaan masyarakat Kabupaten Tangerang belum sepenuhnya dirasakan.
Hal ini terlihat dari masih banyaknya sekolah-sekolah yang menggunakan seragam batik, tetapi tidak mengangkat potensial ekonomi dan budaya daerah Kabupaten Tangerang.
“Untuk lingkup pegawai di pemerintah daerah, sudah bagus, dan ini menjadi seragam wajib di hari-hari tertentu. Tapi untuk lingkup pendidikan, seragam-seragam batik di sekolah-sekolah, saya lihat masih mengambil dari daerah lain. Ini artinya, potensial ekonomi dan kearifan lokal di Kabupaten Tangerang belum tergali dengan baik, dan kebanggaan terhadap karya batik seniman-seniman batik di kalangan generasi muda di Kabupaten Tangerang masih kurang,” ujar Widi Hatmoko, Jumat 29 Juni 2018.
Untuk itu, lanjut pria yang juga selaku Ketua Tim Humas di Dewan Kesenian Tangerang (DKT) ini, sekolah-sekolah di Kabupaten Tangerang, yang memiliki seragam batik, dan menjadi ciri masing-masing sekolah, serta berintegrasi mengangkat budaya kearifan lokal.
Dengan berintegrasinya menggunakan batik motif-motif lokal ini, selain mengenalkan budaya dan kearifan lokal Kabupaten Tangerang, menurut Widi, juga ikut membangun perekonomian masyarakat lokal, terutama para pembatik Kabupaten Tangerang.
“Ini ada dua sisi yang menguntungkan, secara ekonomi pembatik lokal akan terangkat, secara budaya kearifan lokal Kabupaten Tangerang juga akan terangkat,” katanya. (Helmi)