Ditulis Oleh Muhammad Athaya Kailashandy
Opini, Semartara.News – Perang yang diawali oleh permasalahan Ukraina yang ingin bergabung dengan NATO atau perserikatan negara negara eropa dan Amerika. Yang dimana Rusia tidak setuju apabila Ukraina bergabung dengan NATO.
Hal sebut disebabkan perbedaan Kubu atau Blok yang dapat memberikan ancaman terhadap negara Rusia. Diawali dengan protes Rusia terhadap Ukraina namun tidak direspon dengan baik oleh Ukraina yang ingin tetap bersikeras gabung dengan NATO.
Lalu juga ada permasalahan lain seperti adanya permintaan bantuan dari para pemimpin kelompok separatis di Ukraina timur, permasalahan tentang engakuan Krimea sebagai wilayah Rusia, dan permasalahan politik yaitu otonomi lebih besar untuk wilayah separatis pro-Rusia di Ukraina.
Konflik ini mengakibatkan krisis kemanusiaan besar, dengan ribuan korban jiwa, jutaan pengungsi, dan kerusakan infrastruktur yang masif di Ukraina. Perang ini juga berdampak global, mempengaruhi ekonomi dunia, rantai pasok, dan harga energi. Terutama pada perekonomian negara negara eropa yang bergantung kepada kedua negara tersebut dalam pemenuhan sumberdaya negaranya. Ada beberapa dampak paling signifikan dari konflik ini adalah terjadinya krisis energi global.
Bersumber dari berita internasional seperti BBC,BRIN,VOA,CNN dan lain lainnya. Konflik ini diperkirakan akan semakin mendorong permintaan global terhadap energi fosil, yang saat ini masih menyumbang 82% dari total penggunaan energi.
Rusia merupakan salah satu produsen minyak dan gas alam terbesar dunia, menghadapi berbagai sanksi internasional yang mempengaruhi pasokan energi global. Eropa, yang sangat bergantung pada gas alam Rusia, mengalami kenaikan harga energi yang drastis. Dapat dilihat dari besaran GDP antara Ukraina sebesar US$164,5 miliar dan Rusia sebesar US$1.709,6 miliar,sehingga konflik perang mereka menyebabkan krisis energi yang membuat perekonomian di Eropa maupun dunia terganggu.
Lalu Ukraina dan Rusia merupakan salah satun negara penghasil produk utama dunia terutama untuk komoditas gandum, jagung, minyak bunga matahari dan lain lainnya. Hal tersebut dibuktikan dengan data yang ada bahwa ekspor gandum Rusia pada tahun 2021 adalah sebesar 32,9 juta ton dan Ukraina sebesar 20 juta ton. Dari data tersebut diketahui bahwa Ukraina dan Rusia menguasai pangsa pasar Gandum 10% di seluruh dunia. Dengan dibelakukannya hukum internasional mengenai ekspor dan impor barang dari Rusia maupun Ukraina, membuat harga pangan di dunia menggalami peningkatan yang menyebabkan perekonomian di dunia terganggu oleh berkurangnya supply ekspor komoditas tersebut.
Selain menimbulkan ketegangan politik dan sosial, perang ini secara nyata telah mengekspos kerentanan sistem ekonomi global, terutama di kawasan Eropa. Konflik tersebut mengungkapkan ketergantungan yang berlebihan dunia terhadap sumber daya strategis dari negara-negara tertentu. Dampak terburuk dari konflik ini terlihat dari gejolak ekonomi global, khususnya pada sektor energi dan pangan. Gangguan pada rantai pasok internasional telah mendorong lonjakan harga dan menciptakan ketidakpastian ekonomi di berbagai belahan dunia. Situasi ini memunculkan kebutuhan mendesak akan perubahan struktural dalam pendekatan ekonomi global. Solusi komprehensif membutuhkan lebih dari sekadar penyelesaian konflik militer. Komunitas internasional perlu fokus pada upaya strategis seperti diversifikasi sumber daya, pengembangan ketahanan ekonomi, dan membangun sistem yang lebih fleksibel menghadapi potensi krisis di masa mendatang. (Ditulis Oleh Muhammad Athaya Kailashandy)