Berita  

Miris, Lestarikan Kesenian dengan Kondisi Memprihatinkan

SEMARTARA, Kota Tangerang – Dewan Kesenian Banten (DKB) bersama Dewan Kesenian Tangerang (DKT) dan Bank Indonesia, mengadakan Gerakan Seni Tradisional (Gesit), di gedung kesenian Kota Tangerang, Kelurahan Kelapa Indah, Minggu (22/4).

Gesit merupakan sebuah dedikasi untuk negeri dalam pelestarian seni budaya tradisional kepada para generasi muda. Namun, kegiatan yang mengangkat tema “Melestarikan Budaya Leluhur” ini, dilaksanakan dengan sarana prasarana seadanya.

“Ini terlihat sangat memprihatinkan. Anak-anak menampilkan seni budaya ini dengan sarana prasarana seadanya,” ungkap Trip Umiuki, Majelis Pertimbangan DKB, yang hadir mewakili Cavcay Saefullah, Ketua DKB, dalam kegiatan Gesit, di gedung DKT.

“Kondisi gedung kesenian bobrok dengan lampu yang redup, atap plafonnya rusak dan rapuh. Saya sedih, gedung kesenian Kota Tangerang ini hancur. Saya salah satu pendiri dan generasi pertama di DKT, jangankan diberi gedung baru, dibenahi saja tidak. Gambarannya, gedung kesenian ini semakin hancur,” imbuhnya.

Selain itu, ia pun merasa heran lantaran tiadanya perwakilan dari pemerintah setempat yang hadir dalam kegiatan. Padahal, kata Trip, acara ini berskalakan provinsi. “Acara ini betul-betul supportnya dari Bank Indonesia Kantor Wilayah Banten. Tapi biasanya ada support juga dari pemda. Aneh sekali di sini, tidak ada satupun perwakilan pemda yang hadir,” kata Trip, seraya gelengkan kepala.

Menurut dia, peserta Gesit ini didominasi anak-anak usia belia yang juga membutuhkan peran pemerintah. Sebab, anak-anak ini merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki hak, serta layak mendapat perhatian dari pemerintah.

“Ini aneh sekali, anak-anak kecil ini aset masa depan kita. Mereka ini tanpa dibayar berbuat sesuatu bagi negerinya, setidaknya untuk kota tempat tinggalnya,” tandas Trip.

Ditempat yang sama, Ketua DKT, Sudjarwo mengakui bahwa untuk menumbuh kembangkan bakat dan potensi generasi muda, tidak hanya dengan semangatnya untuk terus berkarya. Dirinya tak memungkiri, jika keuangan sangat mempengaruhi peningkatan kualitas generasi bangsa, yang berupaya melestarikan seni budaya tradisional warisan para leluhurnya.

“Sederhananya, kalau sarana prasarana tidak memadai, tentu perkembangannya jadi lebih lambat. Memang selama ini kita tetap bertahan dengan kondisi seadanya. Karena saya sudah cape mengadukan situasi ini kepada pemerintah, tidak ada kejelasan,” tukasnya.

Ia menjelaskan, sejak bertahun-tahun yang lalu pihaknya mengusulkan pembangunan gedung baru agar menjadi lebih layak dan nyaman. Selain itu, bangunan gedung kesenian baru juga akan mewujudkan program Tangerang Live yang layak dikunjungi. Hal tersebut juga beriringan dengan ketertarikan wisatawan terhadap budaya yang kian meningkat.

“Gedung ini kan salah satu perwujudan program Tangerang Live yang layak dikunjungi. Kalau kondisi gedung kesenian seperti ini, semua orang bisa menilainya, layak atau tidak,” tegasnya. (Helmi)

Tinggalkan Balasan