Krisis Energi Saat Ini Lebih Kompleks dari Krisis Minyak 1973

krisis energi saat ini lebih kompleks dari krisis minyak 1973
Krisis energi global saat ini lebih kompleks/Foto: Ilustrasi/Ist.

Krisis energi saat ini lebih kompleks, berawal dari virus corona yang tiba-tiba menyebar cepat menjadi pandemi global pada awal 2020, memaksa berbagai negara melakukan pembatasan aktivitas sosial dan bisnis.

Dunia pun mengalami pelambatan ekonomi akibat pandemi. Parahnya, saat dunia sedang pemulihan dan mobilitas membutuhkan energi, pecah perang Rusia-Ukraina.

Dampak perang itu tak terelakan, terganggunya rantai pasok energi, kenaikkan harga-harga komoditas hingga krisis keuangan global.

Saling embargo produk dari negara yang bersengketa dalam perang Rusia-Ukraina terjadi.

Rusia menjadikan komoditas energi, khususnya gas alam, sebagai senjata politik dan ekonomi dalam perang di Ukraina.

Sementara AS dan sekutunya di Eropa, memberlakukan sanksi ekonomi dan keuangan kepada Rusia untuk membantu Ukraina.

Krisis Minyak 1973

Saling embargo dalam perang Rusia-Ukraina itu mirip dengan pemicu krisis minyak dunia yang terjadi pada tahun 1973.

Saat itu beberapa negara di Teluk Persia memutuskan untuk tidak mengekspor minyak ke negara-negara Barat.

Penetapan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) blok Arab untuk melakukan embargo minyak terhadap negara-negara Barat merupakan tindakan pembalasan terhadap negara-negara yang mendukung Israel dalam perang Yom Kippur.

Tindakan balasan ini menyebabkan kenaikan harga minyak dan akibatnya inflasi meningkat tajam.

Karena ketergantungan yang besar pada minyak dari Timur Tengah, negara-negara Barat terjerumus ke dalam krisis ekonomi yang serius sementara harga minyak naik.

Dampak lain dari krisis ini adalah meningkatnya pengangguran dan rendahnya pertumbuhan ekonomi.

Tinggalkan Balasan