Tangerang, Semartara.News — Abraham Garuda Laksono milenial muda melakukan tradisi luhur sowan kepada ulama di Kabupaten Tangerang, Banten, untuk bersilaturahmi.
Abraham adalah Ketua Yayasan Padepokan Kebangsaan (YPK) Karang Tumaritis di Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang.
Sosok muda itu menjaga tradisi luhur untuk selalu menghormati para tokoh masyarakat seperti para ulama yang perannya sangat penting membangun sumber daya manusia (SDM) dan mental generasi muda melalui pendidikan pondok pesantren.
‘Hari ini saya sowan ke KH Ahmad Imron atau sapaannya Gus Imron Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falahiyah di wilayah Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang,” ungkap Abraham, Kamis (5/5/2022).
Menurut Abraham, pondok pesantren memiliki peran strategis dalam menjaga keutuhan bangsa.
Karena sentra pendidikan Islam itu menjadi benteng kokoh untuk menangkal segala paham yang tidak sejalan dengan ideologi Pancasila.
“Itulah peran para ulama, sebagai benteng kesatuan bangsa kita. Karena sesungguhnya para ulama itu yang menjaga kerukunan antar umat beragama,” ujar lulusan James Cook University Singapura dalam usia 19 tahun itu.
Oleh karena itu, lanjut dia, sebagai generasi milenial dengan tantangan yang cukup besar lantaran derasnya berbagai paham asing masuk keberbagai sektor kehidupan, harus lebih banyak belajar kepada para tokoh termasuk para ulama.
“Jalannya adalah belajar kehidupan dari para tokoh dan ulama. Kalangan muda harus mau bergaul dengan mereka, mendekati para tokoh,” katanya.
“Dan saya memilih jalan itu, walau ini sulit dan jarang dilakukan kalangan muda sekarang yang lebih cenderung pada hal yang lebih populer dan instan,” ucapnya.
Abraham Sosok Masa Depan
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falahiyah, Gus Imron menyambut hangat kedatangan sosok muda tersebut.
Gus Imron menyampaikan, bahwa Abraham Garuda Laksono atau biasa di sapa Abe itu adalah sosok masa depan bangsa yang memiliki kepekaan terhadap permasalahan bangsa.
“Kan jarang sekali anak muda yang mau bergaul dengan ulama. Dia tadi bicara soal kebangsaan, soal plurarisme menjaga perbedaan di tengah kehidupan masyarakat,” ungkapnya.
Sebenarnya menurut Gus Imron, sosok milenial muda Abraham itu sudah dianggap menjadi bagian dari keluarga pondok pesantren yang dia asuh.
“Karena apa. Mas Abe ini kan punya trah dari sahabat saya yaitu Pak Ananta Wahana. Nah Pak Ananta itu sosok yang amanah, dan mau peduli terhadap kondisi masyarakat. Ya termasuk kami para ulama,” paparnya.
Lantaran itu, Gus Imron menyakini Abraham akan menjadi sosok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam perannya di kemudian hari.
Mantan Ketua GP Ansor Banten itu melihat kecerdasan dan potensi dari anak muda milenial itu dalam mengambil pilihan untuk mengabdi pada masyarakat ditengah pilihan lain yang menggiurkan bagi anak muda sekarang.
“Saya melihat itu pada sosok Mas Abe ini. Dan sekali lagi, sangat jarang anak muda sekarang yang mau bergaul dengan ulama, menghargai ulama. Dan mau belajar,” ujarnya.
Gus Imron menjelaskan, bahwa perbedaan dan keberagaman ras, agama, budaya, suku, bahasa, dan warna kulit adalah fitrah umat manusia.
Sebagai ajaran moderat (ummatan wasatha), Islam memegang erat nilai toleransi dan menghargai perbedaan-perbedaan tersebut.
Dalam Islam, toleransi dikenal dengan istilah tasamuh atau tenggang rasa.
“Pengertiannya adalah sikap menghargai dan menghormati perbedaan antarsesama manusia,” jelasnya.
Dalam perkara duniawi, lanjut dia, toleransi merupakan prinsip muamalah yang sangat penting dalam Islam.
“Rasulullah SAW bahkan mengajak kaum muslimin untuk memudahkan urusan duniawi tanpa memandang perbedaan antarmanusia,” imbuhnya.
Gus Imron juga mengaku bahwa dirinya menjadi penyambung cita-cita Almarhum Gus Dur dalam menjaga kerukunan umat beragama.(jack)