Jakarta, Semartara.News – Tahun 2020 menjadi 365 hari yang berat dari segala sisi, bisa di sebut tahun pandemi. Perekonomian dihantam badai Covid-19 hingga luluh lantak. Angka pertumbuhan nasional melorot. Pada kuartal I, pertumbuhan ekonomi minus 2,97%. Di kuartal II justru memburuk hingga minus 5,32%. Baru di kuartal III, angka pertumbuhan mulai membaik meski masih terkontraksi hingga minus 3,49%.
Angka pertumbuhan yang terjun bebas ini berpengaruh pada beberapa sektor, seperti sektor perdagangan saham perusahaan pelat merah di lantai bursa. Sejak ditutup kemarin, empat saham BUMN konstruksi yakni PT PP Tbk (PTPP), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatatkan kinerja saham variatif kendati dari sisi year to date atau tahun berjalan mulai pulih.
Sementara, jika ditinjau dari sisi kinerja fundamental keuangan, rata-rata tertekan lantaran pandemi Covid-19 menghantam semua sendi-sendi perekonomian. Hal ini bisa dibandingkan dari pergerakan harga saham empat emiten konstruksi BUMN ini. Selasa kemarin, harga saham PTPP ditutup naik 3,65% menjadi Rp 1.845/saham, di saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) babak belur 0,94% ke level 6.036,17.
Dalam sebulan terakhir saham PTPP naik 39.77%, 3 bulan meroket 120,96%, dan year to date (YTD) naik 16,40%. Saham WSKT pun ditutup naik 6,07% di posisi Rp 1.485/saham. Sebulan naik 40,76%, 3 bulan melesat 168%, dan YTD stagnan.
Saham WIKA juga berhasil ditutup naik 0,50% di posisi Rp 2.020/saham. Sebulan sahamnya naik 27,44%, 3 bulan melesat 79% dan YTD naik 51,31%. Adapun saham ADHI ditutup menguat 2,58% di level Rp 1.590/saham. Sebulan naik 42%, 3 bulan meroket 209, dan YTD naik 35,32%.
Sepanjang tahun ini hingga September 2020 (kuartal III), kinerja keuangan empat emiten konstruksi BUMN ini tertekan akibat dampak pandemi.
WSKT membukukan kerugian yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 2,63 triliun per September 2020, berkebalikan dari periode yang sama tahun lalu laba Rp 1,15 triliun.
WIKA mencatatkan laba bersih alias laba yang dapat diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp 50,19 miliar, anjlok 96,29% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,35 triliun.
Laba bersih ADHI juga terkoreksi. Bahkan laba ADHI hanya sebesar Rp 15,38 miliar, turun 95,62% dari capaian di kuartal III-2019 yang tercatat Rp 351,86 miliar. Adapun laba bersih PTPP mencapai Rp 26,37 miliar, turun hingga 94,92% yoy dari Rp 519,24 miliar di periode yang sama tahun lalu.
Salah satu sentimen positif bagi saham konstruksi adalah kehadiran dana abadi (Sovereign Wealth Fund/SWF) yang didirikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang bernama Indonesia Investment Authority (INA) yang akan efektif beroperasi pada Januari 2020.
INA ini menjadi Lembaga Pengelola Investasi (LPI) yang akan mengelola dana investasi termasuk infrastruktur. Jokowi bahkan menegaskan sudah ada 5 negara yang sudah berminat untuk investasi di INA, termasuk Uni Emirat Arab, Jepang, dan AS.
Anggota Komisi VI DPR-RI, Ananta Wahana mengatakan, tahun 2020 menjadi tahun terburuk bagi perekonomian setelah periode reformasi. Perlu sinergitas untuk melewatinya dan menatap arah perekonomian di 2021.
“Tahun 2020 kita dihajar pandemi. 2021 menjadi tahun vaksin dan kemungkinan ekonomi membaik. Perlu sinergitas antar elemen untuk melewati tahun ini dan menata kembali tahun depan,” ujar legislator dapil Banten III ini.