Berita  

Banten Masih Kekurangan Alat Penanggulangan Bencana

Apel siaga bulan pengurangan resiko bencana bersama BPBD kabupaten/kota se- Banten, di Alun-alun Barat Kota Serang.

SEMARTARA, Serang (17/10) – Provinsi Banten usianya sudah 17 tahun, namun hingga saat ini masih belum memiliki peralatan canggih untuk menanggulangi bencana alam, terutama bencana banjir.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten, Sumawijaya mengakui bila pihaknya belum memiliki sarana dan prasarana yang lengkap mengantisipasi bencana banjir.

“Kalau sarana dan prasarana yang dasar seperti alat evakuasi dan komunikasi sudah lengkap, tapi alat pendeteksi banjir kita belum punya,” kata Sumawijaya kepada wartawan, usai apel siaga bulan pengurangan resiko bencana bersama BPBD kabupaten/kota se- Banten, di Alun-alun Barat Kota Serang, Senin (16/10).

Dikatakan Sumawijaya, Banten baru memiliki alat pendeteksi gempa, dan letusan gunung merapi yang tahun ini segera dipasang, sementara alat deteksi tsunami sudah terpasang.

“Itu pun milik BMKG. Yang tsunami sudah dipasang di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang,” jelasnya.

Apel siaga bencana ini, tambah Sumawijaya, merupakan agenda rutin BPBD untuk mengingatkan masyarakat Banten agar setiap saat siaga bencana.

“Kesiapsiagaan ini sangat penting untuk mengurangi resiko bencana, terutama mencegah adanya korban jiwa,” jelasnya.

“Sejak tahun 2014, kami telah membentuk Satuan Gugus Tugas (Satgas) Kebencanaan Kecamatan Rawan Bencana. Satgas Kebencanaan dibentuk di 8 kecamatan setiap tahunnya disesuaikan dengan kemampuan anggaran yang ada. Masing-masing Satgas Kebencanaan beranggotakan 40 orang. Mereka ini yang pertama terjun ke lokasi setiap terjadi bencana,” tambahnya.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ada 13 kerawanan bencana di Banten. Makanya BPBD secara rutin menggelar rapat koordinasi (rakor) kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam untuk melakukan pencegahan dan mitigasi bencana.

“Dari 13 kategori yang sudah kami petakan, 10 itu masuk dalam kategori bencana ekstrem yang sering terjadi di Banten. Seperti banjir, longsor, gempa, tsunami, puting beliung, kekeringan dan kebakaran,” kata Sumawijaya.

Kabid Kesiapsiagaan BPBD Banten M Juhriadi menambahkan, tahun 2017 kembali dibentuk Satgas Kebencanaan. Total saat ini sudah ada 32 kecamatan yang telah memiliki Satgas kebencanaan.

“Setiap tahun kita menghimpun 320 anggota Satgas di 8 kecamatan. Pembentukan Satgas itu guna membantu evakuasi masyarakat yang dilanda bencana alam agar tidak menimbulkan korban jiwa,” katanya.

Ia menambahkan, hampir semua kecamatan yang paling rawan bencana di kabupaten/kota telah dibentuk Satgas kebencanaan.‎ Mulai dari Kabupaten Lebak, Pandeglang, Kota Serang hingga Kota Tangsel yang sering mengalami bencana seperti banjir, longsor dan tiupan angin.

“Kami optimistis pembentukan Satgas Kebencanaan itu dapat memperkuat BPBD sehingga dapat mengatasi permasalahan bencana alam,” ungkapnya.  (Soe)

Baca juga:

  1. Transaksi Narkoba di Apartemen Paragon Dua Pria Ini Digulung Polisi
  2. DPA Siapkan Raperda Tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Perpustakaan
  3. Pecahkan Persoalan Kota, Pemkot Gandeng BPPT

 

Tinggalkan Balasan