Marak Pemburu Rente di Era Pandemi, Ananta : Akses Modal Harus Rata

Ananta
Ananta Wahana salah satu anggota Komisi VI DPR-RI kembali melakukan Kunjungan Kerja Spesifik, di di Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar). (Foto - Semartara)

Pontianak, Semartara.news – Jelang akhir masa sidang II, Tahun Sidang 2020-2021, Ananta Wahana dan juga Komisi VI DPR-RI kembali melakukan Kunjungan Kerja Spesifik. Kali ini, kunjungan Komisi VI dipusatkan di Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar). Kunjungan ini merupakan jadwal perubahan yang dipercepat, Mengingat pada 9 Desember akan berlangsung Pilkada serentak nasional.

Mitra yang ditemui oleh Komisi VI adalah, perusahaan BUMN di bidang keuangan non perbankan dan asuransi, yaitu PT Pegadaian, PT TASPEN, dan PT Danareksa. Rapat evaluasi bersama tiga BUMN itu, dipusatkan di Hotel Mercure, Pontianak, dengan fokus pada penyaluran bantuan pinjaman modal usaha. Rapat dipimpin oleh salah satu pimpinan Komisi VI, Mohamad Haikal, dan dihadiri oleh jajaran direksi ketiga BUMN tersebut.

Dalam pertemuan itu, dibahas soal rencana peleburan PT Pegadaian, PT Permodalan Nasional Madani (PNM), dan BRI. Sebagai informasi, dalam Raker pada 30 November lalu, Menteri BUMN, Erick Thohir menyampaikan, kementeriannya akan merampingkan perusahaan BUMN hingga berjumlah 40 saja.

Rapat di Pontianak kali ini, Ananta Wahana, Anggota DPR Komisi VI Dapil Banten III, angkat bicara di sesi pendalaman. Ananta, yang juga anggota fraksi PDI Perjuangan itu, mempersoalkan BUMN yang kalah bersaing dengan rentenir di tengah pandemi.

Ia menyatakan, praktik rentenir kembali marak di tengah masyarakat saat pandemi, karena sulitnya mencari pinjaman dana dari lembaga-lembaga keuangan konvensional.

Ananta mengingatkan ke seluruh jajaran direksi, bahwa di tahun 90-an, NGO atau LSM yang bergiat di pemberdayaan masyarakat berhasil mengikis praktik rentenir. Dulu, lanjut Ananta, ada yang namanya Bank Plecit, itu istilah untuk para rentenir pemburu rente di tahun 1980 hingga 1990-an di Solo.

“Itulah musih LSM-LSM tahun 90-an, yang akhirnya berhasil dikikis. Lha kok sekarang malah muncul lagi di mana-mana. Banyak koperasi yang bulunya koperasi tapi isinya musang rentenir,” katanya.

Tinggalkan Balasan