SEMARTARA – Untuk melihat harga sejumlah komuditas di pasar pasca merebaknya Virus Corona, Anggota Komisi VI DPR RI, Ananta Wahana, mengunjungi beberapa pasar di Kota Tangerang. Hal ini juga dilakukan dalam rangka kegiatan reses, untuk menyerap aspirasi masyarakat, terutama pedagang pasar, pembeli serta pihak pengelola pasar.
Seperti di Pasar Poris Indah, untuk melihat harga-harga tersebut Ananta melakukannya dengan berbelanja sembako. Harga telor misalnya, di pasar naik mencapai Rp26 ribu per/kg. Berbeda dengan harga bawang putih, yang sebelumnya mencapai Rp80 ribu per/kg turun menjadi Rp30 per/kg. Namun untuk harga gula pasir, saat ini mencapai Rp17 ribu per/kg. Dan, itu pun barangnya agak sulit didapat. Melambungnya harga gula pasir ini juga ditemukan di Pasar Anyar.
“Harga telor dan gula pasir yang harganya naik. Tapi untuk gula pasir, ini kondisinya lumayan langka. Nah, kita belum tahu ini sebabnya apa. Makanya, kita juga rencananya akan ke Bulog, untuk memastikan apakah di sana juga gula pasir juga langka?” Ujar Ananta Wahana kepada wartawan saat menggelar reses di Pasar Anyar, Kota Tangerang, Selasa 10 Maret 2020.
Terkait isu merebaknya Virus Corona, menurut Ananta, tidak berpengaruh banyak terhadap aktivitas di pasar, terutama di Pasar Anyar. Hanya saja ketika berada di Pasar Poris Indah, kata Ananta, soal Virus Corona ini, berpengaruh pada aktivitas perdagangan di pasar tersebut.
“Kalau di Pasar Anyar, itu biasa saja, tidak ada pengaruh (Virus Corona). Berbeda dengan di Pasar Poris Indah, ini masih ada pengaruhnya. Banyak pedagang yang mengeluhkan. Hal ini karena kultur masyarakatnya berbeda, karena di Pasar Poris Indah ini kan masyarakatnya banyak menengah ke atas, sehingga cara pemikirannya berbeda,” tandasnya.
Dalam reses di sejumlah pasar ini, Ananta juga menyinggung soal perlunya revitalisasi pasar, terutama di Pasar Poria Indah dan Pasar Anyar. Hal ini, menurut Ananta, mengingat pentingnya pasar sebagai media bertemunya antara pembeli dan penjual dalam menunjang perekonomian.
“Pasar tradisional merupakan tempat bagi hasil-hasil petani maupun nelayan lokal untuk dijajakan kepada para konsumen. Untuk itu, memerlukan perhatian khusus agar eksistensi pasar itu betul-betul tetap bisa survive di tengah gempuran hipermarket, pasar-pasar modern, yang hampir di semua kota sekarang ini ada,” paparnya.
Selain itu, kata Ananta, apabila dikelola dan dikembangkan lebih baik memiliki potensi untuk dapat bersaing dengan pasar-pasar modern. Dari sisi harga produk yang diperdagangkan misalnya, pasar tradisional lebih unggul dibanding pasar-pasar modern.
“Secara daya saing pasar kita ini menang, tapi memang jangan dibiarkan pasar ini kumuh, becek, dan tidak ada tempat parkir. Ini tugas dari kementerian dan pemerintah untuk memperbaiki. Juga tugas BUMD dan swasta untuk menarik agar pembeli tetap mau ke pasar,” pungkasnya.