SEMARTARA, Tangerang (1/10) – Selain diajak mengikuti berbagai kegiatan seperti bagaimana menata perpustakaan yang baik, peserta Jambore Perpustakaan 2017 Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Tangerang juga dibekali ilmu menulis.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan sejak Kamis 28 hingga Sabtu 30 Oktober 2017, sebanyak 100 peserta jambore mengikuti kegiatan pelatihan menulis. Hadir sebagai narasumber Widi Hatmoko, Jurnalis dan penulis cerpen dari Dewan Kesenian Tangerang.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Tangerang, Yusrizal menjelaskan, kegiatan Jambore Perpustakaan ini adalah kali ke-3 dilaksanakan. Ia berharap, dengan kegiatan ini akan semakin memperluas jaringan taman bacaan di wilayah Kabupaten Tangerang. Selain itu, melalui pelatihan menulis ini, akan melahirkan penulis-penulis baru dari Kabupaten tangerang.
“Ini adalah tahun ketiga. Kita berharap, melalui kegiatan ini, minat baca di masyarakat akan terus berkembang, sesuai dengan apayang dicanangkan oleh bapak bupati. Taman Bacaan Masyarakat (TBM) juga akan semakin berkembang luas, baik di desa dan kelurahan, kecamatan, atau instansi-instansi lain. Kita juga berharap, melalui jambore ini akan melahirkan penulis-penulis baru dari Kabupaten Tangerang,” ujar Yusrizal.
Dalam kegiatan pelatihan menulis ini, narasumber Widi Hatmoko menilai, menulis adalah sebuah kreativitas yang monumental. Karena, menurut penulis buku “Perempuan Nocturnal” ini, lahirnya sebuah karya tulis, baik dalam bentuk buku atau media lainnya, tidak akan pernah hilang ditelan zaman, meskipun sang penulisnya sudah tidak ada.
“Kita mengenal cerita tentang Siti Nurbaya. Hingga saat ini, kisah Siti Nurbaya yang ditulis oleh Marah Rusli ini masih tetap melekat di hati masyarakat, meskipun sang penulisnya sudah meninggal dunia. Ini menjadi sebuah karya yang menumental,” ujar Widi Hatmoko.
Pria yang saat ini bekerja sebagai Pimpinan Redaksi di portal berita online semartara.com ini juga memberikan motivasi kepada seluruh peserta bahwa menulis adalah pekerjaan yang mudah dan menyenangkan. Untuk mengawali proses penulisan, menurut Widi, penulis tidak perlu ragu-ragu untuk memulainya dari mana.
“Menulis itu kan seni bertutur dengan menggunakan media baca seperti buku, majalah, blogger atau website. Jadi, mulailah menulis dengan apa yang ada dalam pikiran kita. Semakin kita sering menulis, akan semakin tajam juga tulisan kita. Jadi, kalau ingin menjadi seorang penulis, teruslah menulis; apa pun yang kita tulis,” paparnya.
Untuk menjadi seorang penulis yang baik, kata Widi, harus mengedepankan kejujuran dalam berkarya. Selain itu, juga harus peka terhadap kondisi sosial di masyarakat. Tak hanya itu saja, selain inspiratif, penulis juga mempunyai tanggung jawab moral untuk bisa memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat.
“Jadi tidak hanya bisa membuat sebuah konflik, tapi juga harus bisa mengajak pembaca untuk menyelesaikan prsoalan-persoalan konflik yang dimunculkan dalam tulisan,” katanya. (Yansopi)
Baca juga:
- Nobar Film G-30 S/PKI: Langkah Awal Menyadarkan Masyarakat
- BJB Salurkan Bantuan CSR Berupa Kursi Roda
- Puluhan Barista Ditantang Menghias Cangkir dalam Ajang Latte Art Battle